Kamis, 08 Oktober 2015

Sisil, Lia, Shanty dan Dini


Hawa panas kembali menerpa wajahku saat aku membuka pintu taxi.
Rasa yang sama ketika turun dari pesawat tadi. Surabaya memang panas, tapi tidak seperti biasanya seperti ini. Langsung ke lobby sambil berlari kecil aku ingin menikmati AC hotel, tempatku menginap melewatkan malam panjang nanti sendirian, sebelum bertolak ke Malang esok hari.

Di front desk lobby terlihat dua gadis muda cantik front office yang menyambut kedatanganku, yang kutimpali dengan senyum sambil menyebutkan nama dan kode reserfasi yang sudah dipesan. Saat memasukan dompet kembali setelah mengeluarkan kartu-kartu yang diminta, dari arah belakang kanan terdengar ada yang menyapa menyebut namaku.

- Ya ? - jawabku bertanya.
- Masih ingat ? Aku Shanty. - sambungnya.

Kuperhatikan pegawai senior hotel yang berbaju batik ketat, berbeda dengan dua gadis muda di meja reservasi tadi, sosok di depanku ini lebih pantas disebut wanita. Rambut sebahu, bibir senyum dan kulit lengan dan wajah sedikit coklat ini tak pernah terlintas dalam benakku selama ini. Matanya berbinar terasa nuansa riang ada di dalamnya. Sambil mengangkat alis, dia bertanya

- Lupa ?
- Pernah main di Universitas Petra kan ? - lanjutnya
- Aku dulu pernah tinggal di Siwalan Kerto. Hihihi. Sudah lupa ? - tanyanya lagi.

Dari gigi gingsulnya, aku langsung teringat dengan mahasiswi yang pernah diperkenalkan teman sewaktu singgah di kota ini dulu.

- Oh iya, Maafkan aku. sudah lama kita tak ketemu, engkau semakin cantik begini, mana mungkin aku ingat. Apa kabar ?
- Baik, Mas bagaimana kabarnya ?
- Sama, baik2 saja, sekarang sedang tugas kemari. Ah, Enggak nyangka ketemu di sini. Engkau kerja di sini rupanya. - tanyaku
- Yup. Accounting dan Pembukuan di sini.
- Sudah dapat kunci kamarnya ? Mari kutemani ke sana. Mas Yoga, tolong tasnya dibantu. - pintanya kepada anak muda di sampingku.

Sambil berbincang ringan kami menyusuri lorong hotel ke arah pintu lift yang sdh terrbuka.
Lalu keluar lift yang terasa sejuk dengan hadirnya wanita disampingku.

- Setelah ini kita makan siang sama-sama yuk ? - ajakku memasuki kamar.
- Ow, aku sudah musti balik ruangku, sudah menumpuk tugas bulan ini. - tolaknya.
- Bagaimana kalo makan malam ?
- Okay, kutunggu telponmu ya ? - jawabnya dan menyebutkan sederet nomor.
- Selamat makan siang dan istirahat - salamnya sambil keluar.
- Ya ya, sampai nanti - jawabku sambil menyodorkan lembaran uang ke pemuda yang membantuku membawa tas.

Sambil mengganti baju kutekan tombol ponsel menyimpan nomor telphone Shanty. Nomor cantik, mudah diingat siapapun.

Memasuki ruang makan di lantai bawah hotel, mulai terdengar musik slow rock yang semakin jelas melantunkan tembang lama Scorpion.
Sambil menarik kursi di meja kosong kuperhatikan dua gadis cantik dengan seragam maskapai penerbangan yang membawaku ke kota ini tadi. Nampak benar mereka memang gadis yang tadi bersama satu pesawat tadi. Aku tidak mungkin lupa dengan yang seorang gadis tinggi dengan rambut sangat pendek memperlihatkan lehernya yang putih mulus itu.

- Maaf, mbak tadi yang satu pesawat dengan saya tadi ya ? kalo enggak salah yang duduk di lorong belakang ?

Kumulai percakapan setelah melakukan pemesanan makanan buah dan minuman ringan.

- Eh, iya pak, saya juga masih ingat bapak, duduk di area belakang tadi.
- Jangan panggil bapak, saya nanti merasa enggak nyaman, merasa terlalu tua. - kulanjutkan sambil berdiri.

Kudekati mereka dan kusalami bergantian sambil menyebutkan namaku.

- Mbak lia dan Mbak Sisil sedang off hari ini ?
- Ah. Lia, mas. Jangan pakai Mbak, saya bukan orang jawa, dan saya merasa enggak nyaman, merasa terlalu tua ... Dan dia Sisil. - sambil menunjuk gadis jelita yang tinggi itu.
- Kami memang sedang cuti sebenarnya, tapi kebetulan kantor juga menawari flight ke sini sekalian bonus jika mau menjadi petugas untuk flight yang tadi. Mas tau sendiri kan full occupied beberapa hari ini.

Perbincangan ringan terasa menyenangkan ditemani dua gadis cantik ini ditemani live music romantis.

Tak terasa beberapa lagu sudah lewat, ketika Sisil tiba-tiba memotong obrolan Lia yang bercerita sedang menunggu teman sekolahnya di hotel ini.

- Mas, aku pamit dulu ya, tanganku terasa penat mungkin sekarang memar terantuk kursi saat membantu menurunkan tas penumpang tadi.
- Ah, itu Dini juga sudah datang. - ujar Lia

Sambil berdiri menyalaminya dan menyebutkan namaku, kulihat gadis yg baru datang di depanku ini juga tak kalah cantik. Ia memiliki warna mata yang mendekati coklat muda dan kulit kuning, serta rambutnya hitam.

- Maaf deh Lia, Surabaya sekarang macetnya mo niru Jakarta, sorry agak telat yo. - ujarnya setelah menyebutkan namanya padaku.
- Kita jadi ke rumahku kan ?
- Aku gak ikut Din, mo berendam dulu, agak penat badan ni. - Sisil kembali pamit mohon diri.

Bertiga lagi kami sekarang ngobrol tentang kondisi kota dan rumah Dini, sambil melewatkan beberapa lagu.

- Baiklah mas, kami pamit duluan ya, saya ingin segera ke rumah Dini, ingin main2 dengan putrinya yang masih lucu.
- Lia enggak ganti baju dulu, pa boleh pake seragam maen2 ke luar ?
- Ah, kan ke rumahmu, kan gak ke mana2.
- Yuk mas, saya duluan ya, selamat menikmati Surabaya, semoga mendapatkan moment yang asyik di sini.
- Yeah, you too. And nice and glad to meet you two here. Sampai ketemu lagi ya. - salam akhirku pada mereka.

Dari dalam lift ketika hendak kembali ke kamar, sambil membawa koran lokal hari ini, saat lift berhenti dan pintunya terbuka di lantai 2, muncul Sisil di seberang pintu hendak masuk lift.

- Ah, ketemu lagi. Kukira sudah berendam.
- Belum mas, sekarang baru mau ke kamar. Ada form yang musti kutulis di kantor akuntan hotel.

Ah, lantai dua lokasi ruang si Shanty. mungkin sebaiknya kapan2 kusempatkan ke sana nanti.
Sisil ini ternyata tinggi juga, memakai sandal hotel tipis tapi dia tingginya hampir sama dengan dahiku. Karene aku sekitar 175cm lebih, mungkin dia 170cm. Rambutnya pendek, leher kuningnya indah dipandang. Kutatap pintu lift yang memantulkan profilnya, terbentuk juga panggul dan pinggul yang indah bersama dada yang membusung indah tertutup seragamnya.

- Kalau mengurut tangan kananmu Sil, sebaiknya searah dengan jalan darahnya ... kalo nadi tuk ke jantung, mijit ke arah jantung, kalo dari jantung, mijitnya juga menjauhi jantung. - kumulai percakapan dengan obrolan tentang tangannya.
- Iya mas, tadi juga nanya mbak akuntansi barangkali ada yang bisa memijit di sini, tapi aku diminta menunggu sore saja, ada kawannya yang bisa mijit, tapi bersedia kalau diluar jam kantor.
- Ah, memijit lengan memang tidak mudah, ada nadi utama yang bisa langsung ke jantung arahnya. Musti hati2 dan tidak semua tahu itu.
- Mas bisa ?
- Saya pernah diajarkan untuk mengurut arah nadi di tubuh saat mempelajari kempo dan judo. Ada arah2 yang bagus dan ada arah2 yang berlawanan. musti hati2. itu kan untuk repair tubuh kita setelah latihan, kita saling memijit kadang2.
- Kalau mas tidak keberatan terganggu istirahatnya, bisa dong saya dibantu.

Wow ... itu situasi yang tak pernah terpikirkan dari tadi. menyentuh lengan jenjang wanita ini ? sedari tadi tak pernah terpikirkan kecuali bersalaman tadi.

- Baik, saya bantu memperlancar darah saja. di mana kita melakukan ? - tanyaku saat pintu lift terbuka di lantai kamarku.
- Kamarku di lantai atas lagi mas.
- Okay kita ke sana. - sambil melepaskan tanganku yang menahan pintu lift.

Sambil membuka pintu kamar mandi di kamarnya saat masuk, Sisil mempersilahkanku masuk tuk menunggu di dipan atau kursi yang ada di dalam.
Dengan cepat kuberpikir akal apa yang bisa diterapkan di sini nanti saat berduaan dengannya. Aku ingin bercinta dengannya.
Dengan mengenakan pakaian mandi hotel Sisil keluar sambil tersenyum. Ah! cantik benar ...

Sembari bercerita sekilas tentang tangan dan sesekali kusebutkan kecantikan yang terlintas di mataku, agaknya dia mulai percaya saat mulai kusentuh jari kanannya dan sikunya dengan kedua tanganku. Kurubah posisi dudukku mendekat dan duduk di sebelah kanannya di kasur hotel yang empuk itu, kutekan lembut lengan dalam bagian atas sikunya dan mengurutnya ke atas,

- Memang terlihat sedikit merah, sakitnya di dalam, atau di luar ? di otot, atau kulitnya ?
- Di dalam sih mas, yang luar sudah mendingan.

Tangan kananku memegang jemarinya seolah bersalaman dan tanganku yang kiri menekan lembut ke atas terus menerus ... mencari tonjolan panjang yang sebenarnya nadi besar di lengannya. Kuluruskan tangannya dan tangan kananku mulai bergerak ke arah siku, membantu mencari nadi2 besar di tangannya. Dan kemudian ku urut lembut perlahan ke arah jantung dan juga berlawan secara teratur sesuai arah nadinya ...

- Enak mas, jadi rileks rasanya ...

Matanya terpejam menyembunyikan pupil hitamnya yang indah, memberiku kesempatan memperhatikan kelopak mata, bulu mata, hidung, bibir dan bulu halus di sekitarnya ... sudah hilang warna perona bibirnya. Sehingga kulihat warna asli bibirnya yang merah muda segar dan dagunya yang indah.

- Untuk mengimbangi alirannya, tangan kirinya juga lho Sil, tapi nanti ... nikmati dahulu, kalo memang tidak suka engkau bisa menghentikannya sekarang.

- Ehm ... Ah, ni enak kok mas

Aliran darah yang mulai mengalir deras di otakku sedikit mengganggu konsentrasi, tapi untung dengan mengatur nafas bisa menahan gejolak dan deguban jantung yang timbul.
Sambil sesekali memijit sampai ke bahu kanan hingga leher, kutekan lembut kulitnya yang indah itu,

- Sebelah kirinya sekarang ya.. -

Sambil menyodorkan tangan dan bahu kirinya ia sekarang berhadapan denganku, yang kini bisa mendengar tarikan nafasnya yang dalam. terlihat sedikit belahan bukit dibalik bajunya menyembul menyapaku.

Berganti tangan kirinya kusalami dengan tangan kiriku, semantara tangan kananku mulai mengangkat lengannya menyibakkan lengan bajunya sambil memijit mengurut perlahan. Nafas teratur yang menghembus menerpa wajahku harus segera kurubah ke irama yang kuinginkan. Dengan bersamaan kusentil kedua sikunya yang dapat mengakibatkan rasa seperti tersetrum itu secara berirama bergantian dengan pijatan lembut di lengannya, bahunya, ketiaknya hingga sedikit di bawah bahu bagian depan.

Setelah beberapa menit

- Hm .. hmm .. - dengungnya.

Kelopak matanya terbuka memperlihatkan matanya yang sekarang sayu itu tersenyum, kemudian wajahnya mendongak sedikit ke atas.

- Erhm ... - desahnya

Sisil tiba-tiba mengangkat kedua tangannya sehingga tanganku terlepas. Ia merangkul kepalaku sambil berbisik mendesah di telinga kiriku

- Make love yuuk ... hmmm.

Sambil mengecup bawah telinga kirinya kubisikan lembut

- Sisil nikmati saja ya. kalo gak suka kasih tau ya ...

Kuajak ia berdiri bersama, tanganku mulai melepaskan sabuk pakaian mandinya dan menyingkapnya, memperlihatkan tubuh yang masih terbalut pakaian dalam tanktop tipis halus itu. Kupeluk dan kuteruskan dengan meremas kedua pantatnya sambil mengulum bibirnya dan mempermainkan giginya dengan lidahku, kemudian langit2 mulutnya kutekan ke atas degan lidahku.
Sambil bergerak cepat, kuloloskan celana dan kemejaku hingga tinggal celana dalamku yang sengaja kubiarkan tuk menyimpan senjata pusakaku.
Masih dalam posisi berdiri kuangkat tangannya dan kuputar badannya membelakangiku. Kugenggam tangannya membantu melepaskan pakaian mandinya. Kepalanya yang terkulai ke kanan kusambut dengan sedotan ringan di bawah telinganya hingga lehernya, sembari meremas lembut dadanya yang terlihat kencang dari atas maupun dari cermin di depanku.

- Err ... mas ... sss - desisnya.

Beberapa saat kemudian kuturunkan tangan kiriku membiarkan tangan kananku meremas kedua dadanya bergantian. Tangan kiriku menuju pusar dan mengusap lembut sambil menyelipkannya ke dalam baju dalamnya. Dengan cepat kutarik ke bawah baju daster halus yang menutupi kulit halusnya yang putih, disusul dengan usapan lembut di depan pusar, kemudian sesekali kuselipkan ke dalam celana dalamnya, merasakan bulu halusnya tersentuh kulit jemariku. Dengan lembut kutekan perlahan.

- Mmm .. mas ... oooh - nafas Sisil mulai memburu menikmati usapan2ku.

Dengan sediki perlahan ke bawah, jemari kiriku telah mulai menyentuh ujung bawah badannya, yang diiringi dengan condongan panggulnya ke depan dan sedikit melebarkan pangkal pahanya, memberikan kesempatan tanganku semakin bermain di area yang diinginkannya. Tangannya diangkat ke atas merangkul ke balakang memeluk kepalaku sambil berdesis

- sss please ... sss do it soon ...

Kedua tanganku yang memeluknya dari belakang, sekarang kebawah semua masuk ke dalam selipan celana dalam dan memijit pangkal paha, memijit lempitan bawah tubuhnya dengan jari tengah sedikit bermain mengusap lembaran dalam kulit kemaluannya, sembari ibu jariku mngusap lembut ujung atasnya, menekan tonjolan dagingnya yang menyebabkan Sisil mgengerang terus

- Eeerrrghhh ... mmm ... mmm .. sss .. ssss .. pleaseee .. sss
- Ahhh ... hhh ... mmm .. hh

Dengan cepat kulepaskan bra nya, kuputar tubuhnya menghadapku, dan setelah membungkuk sebentar meloloskan celana delamnya ke bawah, kulihat mulutnya, seperti di cermin tadi, terbuka melepaskan hawa nafasnya yang segera kusambar dengan mulut dan kuhisap sambil kulumat dalam2.
Sambil merangkul tubuh dan meremas kedua pantatnya, Sisil kudorong mendekati meja dan segera sedikit kuangkat tubuhnya, kududukan di sana serta kubuka pangkal pahanya.
Kutempelkan pusakaku yang masih tersimpan aman di celana. kugesekkan dan menekan ke depan ke arah miliknya sementara kedua tanganku menekan tubuhnya ke arahku, ku gooyang naik turun searah dengan garis lempitan miliknya

- HAHHH ... OOOHHH ... MAASSS ...sss

Irama goyanganku yang teratur, hisapan mulutku di mulutnya, lehernya, pangkal lehernya, remasan lembut tanganku di tubuhnya mulai dari depan dada, pusar, pangkal paha, kedua kakinya yang kuangkat pula ke meja hingga semakin luas area gesekan pusakaku yang masih tersimpan aman, malah membuat Sisil ikut bergoyang cepat2 dan mendekap kepalaku erat2 ke lehernya.
Selang beberapa lama kemudian

- hhaaaAAHH ... MASSS .... I'M COMIIIINGGGG ... SOONNN

segera kedekap erat tubuhnya, kucondongkan kedepan tubuhku mendekap erat dan kutingkatkan kecepatan gerakanku naik turun menggesekkan pusakaku ke miliknya dan kugigit sambil kuhisap lehernya yang indah ...

- AAAAAAARGGGHHH ...

Badan Sisil bergunjang, dekapannya kekepalaku tambah erat, kakiknya sekarang bergetar dari matakaki, lutut, dan yang terasa olehku, pangkal pahanya.
Sekian detik kubuarkan Sisil mencapai situasi yang ingin diraihnya dari tadi. Terasa lemas tubuhnya masih merangkulku saat kuajak turun dan kurebahkan perlahan ke dipan.
Mulutnya terbuka mengatur nafas, memandangku sayu dengan kelopak matanya, tapi berbinar cahaya di pupilnya menyiratkan kepuasan,

- Bagaimana kau bisa melakukannya - katanya terengah

Sambil kucium mata, dahi, hidungnya kudesiskan

- That's just the begininning ... Sil ...

Beberapa saat kemudian Sisil bergulir ke samping, menindihku

- It's my time mas ...

Kubiarkan ia turun mengecup putingku, menghisapnya sesaat kemudian kuangkat dagunya kemudian kutarik ketiaknya mendekatkan wajahnya yang cantik

- Aku ingin memandang wajah cantikmu, kuingin terus menciummu, tanganmu sajalah yang beraksi. Aku tak ingin melupakan paras cantikmu Sil.

Tersenyum senang ia mengulum bibirku dan menurunkan tangan kanannya mengelus pusakaku yang mulai agak lemas.
Kemudian tangannya dimasukkan ke dalam celana dalamku, menyentuh ujung pusaka yang tumpul itu, menggengamnya dan mengurutkan naik turun perlahan. Melihat wajah jelitanya, dan buah dadanya yang sekarang menggantung karena mulai mengangkat badannya dan membungkuk mencium ciumku, aku mulai ada tekanan darah yang meningkat seirama dengan tangan kanannya yang sedang beraksi.
Kudorong perlahan bahunya memberiku kesempatan duduk, ia melepaskan pengaman pusakaku, menariknya ke bawah melepaskannya. Kudorong badanku ke belakang, duduk bersandar di dipan dan memperhatikan wajahnya yang jelita sekali lagi, sebelum ia menunduk menciumi putingku, yang kubiarkan turun, ke arah pusakaku yang mulai tinggi tensi nya.

- Hmmm - gumamku saat bibirnya mulai mengulum naik turun di situ.

Tangan kanannya yang mengurut perlahan naik turun, lalu membuatku seperti tersengat sesuatu saat giginya ikut main di sekeliling kepala pusakaku, sembari lidahnya di dalam mulutnya memainkan ujungnya yang terkulum di mulutnya.
Ya ampun, belum pernah aku merasakan sensasi seperti ini. Ia tidak melakukan hisapan, tapi terus melakukan usapan dengan lidahnya di dalam membuatku terpejam merasakannya. Sudah merasa yang paling tinggi tekanan darah di pusakaku ketika ia menghentikan kegiatannya sambil tersenyum anggun mendekatkan wajahnya ke wajahku.
Tangan kirinya mangambil bantal di sebelahku dan memintaku bersandar ke situ. Kini terasa dudukku agak condong dengan posisi bantal dipunggung hingga pangkal panggulku.
Sisil kembali mencumbuku, lalu mengangkat paha kanannya menduduki perutku, tangan kanannya mulai mengelus lagi pusakaku membimbing ke arah tujuan dibarengi mengangkat panggul. kurasakan ujung pusakaku menyentuh sesuatu yang lembut, yang berbeda dengan milikku yang keras.
Perlahan di dorong tubuhnya kebelakang, menyebabkan pusakaku kini terjepit sesuatu yang lembut, lunak dan basah. Kutahu ini saat yang kuinginkan dan kubiarkan Sisil saja yang melakukan tugasnya.Ah, nikmat benar miliknya, menggenggam keras kepala pusakaku, menjepitnya dan perlahan tambah dalam...
Panggul, pinggul, pantanya mulai naik turun perlahan sambil merangkul kepalaku dengan kedua tangannya, mencumbui seluruh wajahku dengan bibirnya.
Kuangkat tanganku mulai ikut beraksi.
Kuraih kedua bukit putih indah sedikit padat itu, meremas lembut ke arah ujung, di mana saat di ujung kuusap dan kupilin dengan jemariku, kemudian meremasnya lagi dengan lembut dari pangkalnya hingga keujung ...
Nikmat yang kunikmati dirasakan pula oleh Sisil yang mulai cepat mengangkat dan menurunkan tubuhnya disertai nafas yang mulai memburu ...
Beberapa saat kemudian

- Hhmm .. Oh....

Rintihnya karena kugigit perlahan dan kuhisap lehernya saat ia mulai menyodorkan lehernya ke mulutku. Mungkin ini area yang pas miliknya. Maka kuhisap dalam-dalam. kulepaskan nafasku banyak2 hingga dapat menghisap pangkal lehernya dalam-dalam
serasa tak berkahir ...

- Aaahh .... hhh ..... ssss ...yess sss yaa .. aahh -

Semakin cepat ia menggoyangkan badannya di atasku, sambil terus kuhisap dalam-dalam lehernya, kuremas dadanya ...

- UUhgghh ...

Sisil mendorong tubuhku, menarik tubuhnya kebelakang, kini ia duduk tegak dan melakukan gerakan maju mundur. Semakin cepat gerakan maju mundurnya, hingga kumerasakan tekanan, himpitan di pusakaku yang amat sangat tegang.

- AAAgh ... AAAAGHH ... YEESSS ... COME AGAIN ...

Teriaknya merintih.
Sambil mempercepat gerakannya, yang kubantu sekarang dengan mendorong paha dan pangkal pahanya maju mundur melumat bawah pusarku, Sisil mendesah

- SOON ... ssss ... please .... come ...

Kali ini aku aku tidak bersandar, tapi duduk sambil meremas kedua pantatnya, mendorongnya maju mundur, dan kuhisap lagi tubuhnya. Kali ini dada kanannya. Kuhisap hisap dalam-dalam lagi seperti di lehernya tadi ...
Terus .. terus ... kupercepat gerakanku, keperdalam dan kuperlama hisapanku ...

- YAAAAAARRGGGHHH .... MAAASSSSS SSSSSSSSSS - desis dan desahnya panjaaang, melepaskansemua nafasnya.

Tangannya yang tadi meremas rambutku, kini malah mendekapkan kepalaku dengan amat sangat erat ke dalam buah dadanya. Perutnya bergetar, panggulnya, kakinya yang membuka dan lututnya bertekuk di samping ikut bergetar kelojotan ...
Kubiarkan lagi ia bersandar di tubuhku ... leherku di kecupnya berulang kali ...

Kuremas rambutnya kebelakang kukecup dan kukulum bibirnya, perlahan aku bergeser. Kucabut pusakaku. Beringsut perlahan mengganti posisi.
Kali ini kubiarkan ia telungkup menindih bantal sandaranku tadi, di bagian perutnya. Menghadapinya dari belakang secara perlahan kutindih dan ku usap kepalanya dan kucium lehernya. Kurasakan Sisil sedang mengatur nafas sekarang. Kemudian kuturunkan sedikit tubuhku sehingga terasa pantatnya berhadapan dengan pusakaku.

- hmm ... - gumamnya.

Kugesek-gesekan maju mundur di situ, Sisil diam saja, masih menikmati pencapaiannya tadi.
Dengan kedua tanganku kubuka belahan pahanya, kumasukan kepala pusakaku dengan mudah di lubang basah tersebut. Terasa hangat vaginanya berdenyut-denyut.

- Heh! - pekiknya

Kumainkan dengan sedikit mendongakkan pusakaku, dengan arah maju mundur kumasukan secara serong kiri, kemudian kanan ....

- aww, masss

Kubenamkan sampai habis batangnya. kucabut setengah dan masuk lagi, kali ini kupercepat temponya.

- awwww ... www aww - Sisil mengeluarkan suara yang merdu ditelingaku rasanya.

Kupercepat iramaku, tanganku mulai mengusap punggungnya, dari atas ke bawah. Kutekan dari samping menuju ke pantat, kutekan, kupijit, dan kubuka belahan pantanya. Kulihat lubang lain warna merah muda di atas lubang yang sedang kumasuki pusakaku.
Kukeluarkan air ludahku membasahi jari kananku. Kukulum jari kiriku, saat jari kananku mulai ikut ikut masuk kelubang tempat pusakaku beraksi. jari telunjuk dan tengah ikut-ikut melebarkan lubang sementara jari kanan yang lain menggosok pusakaku mengereingkan lendir basah yang terbawa keluar.
Telunjuk kiriku mulai mengusap lubang merah muda kecil itu dengan cairan ludahku yang menempel di jari kiri.
Sisil merintih mengerang, mungkin terasa senang ...
kuusap jari kiriku pada lubang baru itu, kumasukan perlahan, mili demi mili kumasukan.
Sambil mengoyak lubang bawahnya, aku juga ingin mengoyak lubang atas yang lebih kecil ini. Bentuknya bagus, bersih terawat, ada rambut2 halus di sekelilingnya.

- HHH ... Hahh ... haa..hh - nafas Sisil terdengar jelas. mendesah nikmat.

Nafasku tetap kuatur dengan sesekali menahannya sedikit di bawah pusar.

Jari telunjuk kiri sudah terbenam dua ruasnya. kutarik dan kusertakan jari tengah kali ini. sebelum kumasukkan kuperhatikan mulai agak lebar lubang baru ini. ada bagian dinding dalamnya yang sedikit terlihat keluar.
Perlahan kedua jari kumasukan. Mili demi mili, sedikit demi sedikit. kuperhatikan Sisil kedua tangannya meremas sperai disebelah kepalanya, kedua sikunya terangkat. Entahlah, merasakan nikmat atau tidak Sisil sekarang. Yang kudengar nafasnya terengah, mendesah, sesekali menjerit perlahan saat dua jari kiriku kumasukan, sementara dua dua jari kanan ikut masuk bersama pusakaku. kuselipkan pergelangan tanganku ke bawah pusakaku, sehingga dua jari kananku ikut masuk sembari ibu jari kananku memainkan kelentitnya.

- AAAhhwww ... aaa .... hhh - erangan Sisil kali ini beda, membuatku bersemangat

Dua jari kiri kini sudah masuk semua hingga ke pangkalnya. terasa sedikit basah di ujung jari2ku itu. kumainkan di dalam, kukoyak dinding-dindingnya, kutarik keluar masuk.
Remasan jari Sisil semakin kencang, erangannya semakin kencang, tapi tidak kudengar ia menolak.
Sudah, aku ingin menyudahinya, kulepas bebas irama nafasku, kupercepat semua gerakanku ...

- AAAAHHHHH ... AGAINNN ... COME AGAINNN ..... - teriaknya liar.
- AARRGHHHH ...AAAAHHH, DON'T STOP!! .... AAAARRGHH ...
- Aku juga mau keluar sayaaang ... - eranganku mempercepat irama getaran tubuhnya.
- I'M COMMING NOW ... AAAAAARRRRGHHHHH ..... sssshhh - jeritnya.

kulihat kepalanya bergetar kebelakang, tangannya menarik seprai kearahnya dengan cepat, dan getaran panggul dan pahanya tertarik ke depan, bergoyang lututnya, menegang semua ototnya, yang membantu pula pencapaian puncakku.
Kulepaskan cairan putih itu di dalam lubang yang basah dan hangat, sambil memeluknya dari belakang.

Sudah beberapa saat berlalu kami masih pada posisi yang sama saat pencapaian bersama tadi.
Kucabut pusakaku yang sudah tidur lagi itu, kurebahkan badanku di sebelahnya sambil menatap paras jelita Sisil yang terpejam seolah tertidur pulas, terlihat dari nafasnya yang teratur... Kubisikan

- You are so beautifulll ....

Tersenyum ia membuka sedikit matanya

- Terima kasih mas ... tangan mas hebat ... aku lelah ... ingin tidur
- Jangan lupa tinggalkan kartu namamu di tasku ya sayang ... - bisiknya


-----

Maghrib aku menutup pintu, masuk ke kamarku, setelah dari lantai atas di kamar Sisil tadi.

Mandi air hangat sangat kubutuhkan saat ini, sambil melepas semua pakaianku.

Saat berendam, sayup2 terdengar pintu kamar diketok orang. Kukecilkan suara air keran untuk mendengar lebih jelas.
Ah, sudah Isya', siapa tamuku malam ini ya ?

Kuintip dari lubang pintu, pemuda yang mengangkat tasku tadi terlihat jelas mengacungkan sehelai kertas ke atas.
- Room boy

Kubukakan pintu sedikit

- Ada undangan makan malam dari Ibu Shanty. Di tunggu di ruang makan jam 8.30 pak.
- Oh okay, thank you.

Kuteruskan mandiku sebentar, sambil mengingat Shanty, kawan lama yang dulu pernah kubuat kecewa.

Memasuki ruang makan dengan setelan santai jeans dan kaos kerah, kudapati santi berdiri menghadap bar sambil memegang telephone dekat kasir. Tersenyum menghadap cermin kepadaku ia membalikkan badan melambai dan mengisyaratkanku tuk mencari meja.
Sambil memantau sekeliling dan memperhatikan alat2 musik di atas panggung, aku mencari meja paling jauh, dekat dinding. ada dua meja kosong di sana, sementara yang satu sedang ditempati sepasang pria wanita dan remaja pria. Ah, keluarga kecil, pikirku.

Kuminta Coke setelah didatangi pramuria wanita yang memintaku menunggu sebentar, karena Shanty sedang berbicara.

Agak lama juga Shanty menelpon, yang kemudian menghampiri meja menyalamiku. Sambil berdiri kutanya lagi kabarnya sore ini.

- Rencananya, suamiku kuajak makan malam bersama. Kita bertiga keluar dan mencari makan di luar.
- Oh, okay. - jawabku tak jadi duduk lagi.
- Huh. Tapi batal - dengusnya mendahuluiku duduk.
- Lho ? Knapa ? Telat dikit kan gak apa, toh aku malem ini masih di sini.
- Bukan, apa-apa, karena rencananya mendadak, dia tidak bisa membatalkan jadwal keberangkatannya malam ini ke Situbondo melatih selam anak buahnya besok pagi.
- Oh, pelatih selam ?
- Bukan cuma selam, selancar juga.
- Wow kan asyik tuh.
- Ah udah ah, pesan makan di sini aja yuk. - sambil memberikan kode pada rekan hotelnya.

Saat makan kami berbincang, dan dia selalu mengalihkan pembicaraan yang berhubungan dengan suaminya. Hanya obrolan ringan saja yang terjadi untuk mengetahui kerjaan masing2.

Saat para pemain band live music mulai datang, kami tengah menikmati minuman ringan hidangan penutup. Ada penyanyi sedikit sexy yang mulai melantunkan lagu2 romantis, saat Shanty menuju cashier dan bercakap sebentar dengan petugasnya. Tak berapa lama ia datang sambil membawa minuman yang bisa kubilang sedikit memabukkan jika dikonsumsi. Tapi dengan enteng dia meminumnya dan kami bercerita lagi, ke arah masa lalu topiknya.

- Bagaimana istrimu ?
- Belum, masih lajang, ogah nikah ah.
- Lho - sedikit terkejut kemudian bertanya
- Mbak itu mana ?

Kusebutkan sebuah nama

- Ya .. kan dulu saat kau kutelpon, kau sedang berpasangan dengannya.
- Iya, dulu.

Kuingat saat aku berulang tahun, mendapat telephone pagi2 sekali. sambil mengantuk kujawab terimakasih, saat penelepon seberang mengucapkan selamat kepadaku. Dia ingin surprise, mengucapkan selamat ultah yang paling pagi kepadaku. Dia ingin menjadi yang special buatku, dimulai hari itu. Dasar sedang mengantuk ku jawab terima kasih banyak2.
- Kan semalaman sudah bicara lewat telephone, untuk apa mengucapkan selamat sekali lagi. - kataku
Kemudian kuceritakan rencanaku menjemputnya di airport kalau jadi datang ke Surabaya.

- Lho Mas. Ini Shanty!!
- Hah ?! - Mulai pulih kesadaranku setelah kusadari kesalahanku.
- Eh, mas sudah punya pacar ? Siapa tadi nama yang disebutkan ?
- Err ya. itu pacarku. kupikir dia tadi yang telpone. - jawabku berusaha memulihkan kesadaran.
- Ya sudah kala begitu. Ini Shanty mo mengucapin selamat ultang tahun. Bukan yang pertama, tapi setidaknya aku juga care mas.
Kemudian dilanjutkan salam perpisahan sebelum menutup telephone.

Ah, setelah menutup telepon dan sadarku pulih ini, aku bisa merasakan kekecewaan Shanty.

Tapi itu masa lalu.

- Aku sudah tidak bersamanya lagi sekarang - kuterangkan statusku saat ini.
- Jadi, available ? - ia mengernyitkan dahinya.
- Apa maksudmu, kau kan sudah berkeluarga. - godaku
- Not tonight. - desahnya menyandarkan badan ke kursi.
- Ah, wish you are available mas - bisiknya

Sesaat kemudian kucondongkan badan ke arahnya. Bertanya

- Ke kamarku ?

Ia menatap mataku beberapa detik, kemudian berdiri ke cashier berbicara kembali dengan petugasnya.
Aku menunggu apa yang terjadi sambil melirikkan mata ke penyanyi band yang tersenyum kecil ke arahku, mengetahui aku termasuk tamu dari pegawai senior di sini. Kusambut senyumnya dengan anggukan pelan.
Shanty telah dihadapanku ketika aku memperhatikannya.

- Yuk. - ajaknya.
- Bill is on the house. - sambungnya.

Dia berjalan duluan ke arah lift sambil membawa segelas minuman.
Kususul langkahnya sembari memperhatikannya dari belakang. Shanty sudah menikah, tapi masih memiliki tubuh yang bagus, apalagi belum memiliki keturunan. Sudah terbayang apa yang bakal terjadi di kamar nanti. Tapi masa bodoh dengan semua. Aku tak ingin sendirian malam ini.

Saat kututup pintu kamarku dan menguncinya, Shanty langsung menghampiriku setelah meletakan gelas di meja.
Meraih kedua tanganku, tersirat menginginkanku memeluknya. Kuturuti keinginannya, kepeluk erat sambil kukecup keningnya.

- Jadilah suamiku malem ni mas. please ..

Kulirik laptopku yang masih menyala di meja, mendownload file musik lewat bit torrent, masih menyala. Kugiring Shanty kesana sambil memagut matanya yang terpejam, kuraih laptopku, kuaktifkan windows media player dan kupilih playlist classic love song. Terdengar intro lagu Phill Collins yang lembut sembari kuangkat dagu Shanty tuk mengecup bibirnya dengan lembut. Mendesah dengan lembut ia memeluk pundakku sambil berbisik

- Love me mas ... do it tonight

Kuangkat sikunya, kupegang kedua pipinya dengan tanganku sambil mengecup bibirnya. Kuturunkan tanganku melepaskan kancing blues seragamnya yang atas satu demi satu ke bawah. Shanty ingin bercinta, atau hanya sekedar sex, aku belum paham. Setelah setelan atasnya tanggal, kulingkarkan tanganku ke belakang mencari resliting rok bawahnya. Tak henti kucium bibirnya dengan lembut, kemudian hidungnya, mata, kening, seluruh wajahnya kukecup perlahan.
Masih berdiri Shanty sekarang tak tertutup sehelai benang pun, sedangkan aku hanya tinggal mengenakan celana dalam, pengaman terakhir penutup pusakaku.
Sambil slow dance mengikuti alunan lagu kami masih berpelukan saling mencium dan mendekap satu sama lain.

- Love you mas ...

Akhirnya kulanjutkan dengan membimbingnya ke dipan, mengajaknya duduk, tapi mencegahnya berbaring. Dengan berlutut di hadapannya kubuka kedua pahanya yang indah dan berpangkal pada ujung lebat rambut hitam di bawah. Kudekatkan badanku dan meraba lembut kedua buah dadanya yang aduhai jelas terlihat. Ia merangkul kepalaku mengajakku rebahan, tapi kutahan tuk tetap bertahan di posisi ini, sambil menghisap pangkal lehernya perlahan tapi hisapan yang lama, hingga ia merintih lemah.
Kuremas kedua belah dadanya dan mengurut lembut ke arah ujung hingga putingnya, yang empuk itu lama-lama mengeras. Kedua buah dada itu juga lama-lama mengeras, sintal, enak dipegang rasanya. Akhirnya kuturunkan tanganku menguak lebat rambut bawahnya itu yang disambut dengan makin melebarkan pahanya dihadapanku. kuturunkan mulutku menghisap puting kirinya dalam-dalam.
Tanganku memijit lembut pangkal paha yang sekarang terbuka, terkuak dengan posisi duduk Shanty yang menggairahkan. ku usap2 sekitar lubangnya dengan lembut. Dengan ibu jari kumainkan tonjolan daging di bagian atasnya, sementara telunjuk dan jari tengah memutar sekitarnya dengan lembut, membuat Shanty makin merintih.
Dengan mendekapkan kepalaku ke dadanya, Shanty berusaha menarik tubuhnya tuk berbaring.
Kuikuti kemauannya, kutindih tapi tetap tangan kananku bermain di pusat permainan bawah.
Sambil merintih dan mendesah kemudian santi mengangkat kedua pahanya ke atas, menguakkan area yang paling vital itu. Kubiarkan tangannya menggapai tangan kananku mengajakku bermain di sana. Kubiarkan ia mencari sendiri spotnya untukku. Sambil terus mempermainkan ibu jariku, perlahan tapi pasti telunjuk dan jari tengahku mulai mengarah ke lubang pusat itu, memasukinya perlahan.
Lutut Shanty bergoyang, naik turun, membuka paha dan mengesek perlahan pada tanganku, sambil mendesah ia sekarang mendekap erat kepalaku di dadanya yang masih mengecup dadanya bergantian.
Bgeitu kedua jari tanganku sudah masuk semua, kukuak dalamnya dan mempermainkan dalamnya, memutar di dalam tak baraturan, tapi berirama keluar masuk.
Menggeliat Shanty mendesah desah menggoyangkan pangkal pahanya mengejar puncak nikmat yang dicarinya malam ini. Semakin cepat irama tanganku, semakin mendesah Shanty mengeluarkan suara dan kemudian mendorong kepalaku kebawah.
Di depanku terpampang jelas pemandangan indah tuk malem ini, berambut hitam disekitar, tergunting rapi, kuperhatikan tengah dan atasnya tempat jemariku yang sedang bermain saat itu ..

- mass ... hiiissaap ... - pintanya memelas

kudekatkan mulutku bingung mana dahulu yang musti tersentuh. Akhirnya kupilih lokasi atas, tonjolan daging kecil itu yang kusentuh dengan lidah. sambil menggoyang lidah, aku memainkan ibu jariku di sekitarnya. Tak tahan kuhisap area itu kupermainkan lidahku di dalamnya memutari daging kecil tersebut.

- Awwwaawawawwwaw .... - jerit kecilnya menikmti

Kumasukan tiga jari sekarang ke dalam lubang bawahnya.
Kualunkan irama yang semakin lama semakin cepat.
Kukuak dalam lubangnya dengan tingkah polah jariku.
semakin cepat Shanty ikut bergoyang.
Semakin cepat gerakanku.

- saaayaaaaaang ... bentar lagiiii ... terussssss

Kupercepat lagi irama semua gerakanku, lidah dan jariku.

- AAARGHHHH ... HHEEEMMMMMM SSSSSS

Bergetar, berkelojotan, menegang semua ototnya saat berteriak.
Dengan cepat kepalaku ditarik ke atas, didekap erat ke dadanya, yang tak kusia siakan dengan langsung menghisap putingnya, sementara tanganku belum berhenti.

- Sssssudahha .... keluarrrr .... - pekiknya mengejang.

Aku merangkak ke atas tubuhnya, mengecup bibirnya ...
Kubiarkan ia memejamkan mata, tubuh terlentangnya mengatur nafas.
Aku turun dari dipan, mengganti lagu di laptop ke slow rock playlist.
Kemudian mendekatinya. sambil berbisik di telinganya.

- Itu awalku tuk jadi suamimu malem ni.
- Lalu kalau aku membutuhkan istri, seperti apa yang kau berikan padaku Shanty ?

Ia membuka matanya perlahan menatapku, tampak berpikir sejenak. Kemudian mendorongku rebah di sampingnya. merangkulku dan mengecup putingku. Tangan kirinya langsung dengan cepat menemukan pusakaku di balik celana dalamku. Meremas, memijitnya, menggesekkan naik turun.
kemudian kepalanya turun mendekati pusar, melewatinya sambil menjilat liar.
kemudian turun menggigit celanaku dalamku, menarik, menanggalkannya di bawah ranjang.
Dengan kedua tangannya memilin pusakaku, memutarnya, perlahan tapi pasti, mendekatkan bibirnya ke ujung atas yang mulai tegang itu.

- Ambil tissue dulu yang ... - pintaku

Dengan cepat Shanty tanpa bertanya mengambil tissue di meja dan melanjutkan kegiatannya yang tadi.
Kubiarkan tissue itu di kasur, sambil menikmati usaha Shanty yang baru saat ini kurasakan darinya. Setelah tegang Shanty merangkak ke atas tubuhku, bagaikan kucing, matanya mulai liar, berbeda saat awal masuk kamar tadi.
Ketika meraih pusakaku untuk dimasukkan ke lubang indah miliknya, aku dengan cepat duduk dan meraih pantat dan paha kirinya ke arahku, mengajaknya posisi 69 dengan dia di atas.
Dengan cepat ia menyodorkan lubangnya yang tampak basah, sedikit merah itu ke mulutku, sambil menerkam pusakaku dengan tangan dan mulutnya.
Kumasukan lagi jemariku ke dalam lubang di depan wajahku itu, sambil berusaha sesekali menjilat daging kecil yang sekarang ada di bawah itu.
Pusakaku terasa tegang bukan main dipermainkan Shanty dengan cepat iramanya. Hampir pasti aku sebentar lagi sampai puncak kalau tidak kuatur nafasku. Terasa sekali Shanty melakukan itu dengan cepat iramanya, ingin segera mengajakku memasukan ke lubangnya.
Kupeluk pinggangnya dan kubanting perlahan kesebelahku, membuatku berada di atasnya.
Pusakaku yang tegang segera kuhujamkan ke mulutnya yang mulai terasa kerepotan dengan panjangnya. Sebetulnya pusakaku tidak terlalu panjang, tapi mana muat seluruhnya di mulut wanita matang ini ? Grafitasi yang membantuku meluruskan pusakaku yang tetap menghujam naik turun ke mulutnya, membantu gayaku menghadapinya.
tanganku yang segera menguak pangkal pahanya setelah bergulir tadi kulanjutkan dengan melahap daging kecil kemaluannya dengan meulutku dengan rakus kuhisap dan kuputar lidahku di dalamnya.
Sambil membantu membuka paha dengan sikuku, tanganku mulai mengelap lubang bagian vagina yang tercium wangi dengan tissue.

- MMM! ... MMM!

Sambil menjerit tertahan, karena pusakaku masih dalam mulutnya, Shanty sekarang menggoyangkan panggulnya, mengarahkan pangkal pahanya agar tetap dimulutku. Kuputar2 tanganku yang mulai bermain kedalamnya dengan dua jariku.

- MMMMM! .... MMMMM!!

ia terus memekik tertahan.

- MMMMM! ....

sekarang cepat sekali gerakan pangkal pahanya maju mundur.

- MMM! ... MMM!

tangannya sekarang mencengkram pahaku, mngisyaratkanku sudah waktunya kelangkah selanjutnya.
Tapi makin cepat gerakan lidahku, tangan dan pusakaku bermain.
Cengkeramanya semakin keras, hingga kuakhiri dengan mengangkat pahaku kananku, memutar tubuhku menghadapinya.
Segera kuberada di ujung dipan, berhadapan dengan kedua pahanya yang sudah terbuka cukup lebar itu.
Sambil meraih tissue terakhir, kuusap lendir yang membasahi lubang kemaluannya dengan lembut, sementara Shanty mengerang sudah mununggu dengan tidak sabar untuk melakukan adegan final.
Dengan sedikit kasar kutarik pahanya mendekatiku

- Hagh! - pekiknya

Kuangkat sedikit panggulnya, dan dengan perlahan aku maju mengarahkan pusakaku ke lubangnya yang kini terbuka ke atas.
Sambil bertopang dengan tanganku, dengan perlahan pusakaku kumasukkan ke dalam, menikmati mulut bawah Shanty yang lebih nikmat itu. kumasukan sampai pangkal pahaku menyentuh miliknya, membuatnya merintih perlahan menikmatinya.
Kemudian kuangkat tubuhku naik hingga setengah kepalanya keluar, tinggal ujung kepala pusakaku yang tersisa didalam.
kemudian kuhunjamkan cepat2 dan dalam-dalam.

- Argh! - pekiknya lagi

Kucabut hingga ujung kepala saja yang tertinggal secara perlahan, kemudian mehunjamkan cepat2 ke dalam miliknya.

- AArgh! - pekiknya sambil meremas lenganku, memandangiku ingin tahu apa yang akan kulakukan selanjutnya.

kucabut cepat dan kuhujam secara cepat tapi agak lama di dalam dan di luar lubang, membuatnya mengangkat alis dan memekik terus saat kulakukan keduanya.

- Argh!
- Argh!
- Ahh!

Akhirnya kubuat tempo cepat semuanya, menghujam kedalam, mencabut setengah, berada di dalam atau diluar. tubuhku naik turun karenanya. Semakin cepat gerakanku hingga ia memekik panjang panjang sekarang

- AAAAAAAHHHHHH!!!! AAAAHHHH!!!!

tubuhnya bergoyang juga, ke kanan, kiri, depan, belakang, mencari irama yang sama.
Kupercepat lagi gerakanku seperti mendrill atau membor di lubangnya.

- AAAAAAAAAAAAAAAAARRRGGGHHH!!!!

Teriakan panjangnya berhenti saat aku menghentikan gerakankusekeika.
Terlihat tubuhnya masih bergerak cepat berusaha mengimbangi gerakanku yang tadi. Lalu mulai ikut berhenti.
Tersengal sengal ia menutup mukanya, perutnya bergoyang naik turun sesuai nafasnya.

Kuangkat paha kanannya, kusandarkan betisnya kebahu kiriku, membuatnya setengah terguling ke sisi. sambil melirikku, ia tersenyum senang.

- Lakukan sayang ... sesukamu. milikmu semuanya....

Kubenamkan pusakaku kemudian menarik bergantian dengan berirama semakin cepat.

- Mmm! MM!! MMM!! - memekik tertahan seirama gerakanku Shanty kini tidak mengeluarkan suara seperti tadi.

Kupindahkan pahanya ke bahu kiriku, sambil mengangkat lutut kananku menahan agar tubuhnya tidak menutup ke bawah semua. aku masih ingin memainkan tanganku dilubangnya. dengan sedikit membungkuk, sambil menghujam dan menarik pusaka, kuusap tangan kananku ke bagian depan lubang, tempat daging kecil itu berada.

- AAARGH!! ARGH!! - bersuara lagi si Shanty

Kali ini kupercepat gerakanku seperti tadi, seirama juga tangan kananku mengusap usap.

sambil memekik keras Shanty meremas seprei, memandangku, menunduk, memandangku lagi dan menunduk lama sambil menarik bantal meremas seolah hendak meremukaannya.
Sudah paling cepat gerakanku ini, tak mungkin lebih cepat lagi, tapi kubiarkan irama ini terus berlangsung, seirama saat aku melakukan lari cepat mengelilingi lapangan saat latihan.
Beberapa saat berlalu...
Tiba2 tubuhnya berkelojotan, bergelinjang, bergetar diiringi teriakan tertahan panjangnya

- AAAAARGGGGGGGGGHHHHHHHHHHHH!!!!!!

Terasa sekali otot tubuhnya kencang semua, mengejang, bergoyang tubuhnya bergerak hendak memeluk betis kananku. Tapi seperti kandas di tengah jalan, Shanty sekarang lemass, menutupi wajahnya dengan bantal, otot di pahanya terasa lemas sekarang, tidak kencang lagi.

Kupindahkan betis kanannya ke bahu kiriku, sekarang paha kirinya kuangkat, betisnya kusandarkan ke bahu kananku.Dengan mendorong sedikit, kini aku meraih bantal dan meletakkan di bawah panggulnya.
Terlihat wajah Shanty didepanku terkulai lemas, mulutnya sedikit terbuka, ada buih tipis mengalir keluar, sementar matanya memandangku kelelahan. Ingin ia mennghentikanku tapi kecupan di keningnya menahannya.

- Tunggu ya sayangku ... sebentar lagi sampai ...

Bisikku. Yang kemudian dibalas dengan senyumnya.
Betisnya yang kini mengapit kepalaku, kuhujamkan pusakaku ke lubang Shanty yang terasa lebih sempit sekarang.
Kuhujam naik turun mencari rasa gesekan di pusakaku, kusilangkan sekarang betisnya di depanku.
Dengan mengerenyutkan dahi dan nafas terengah Shanty menatapku sayu.

Kupercepat gerakanku setelah menemukan gesekan yang pas dan nikmat, kulihat tangannya mencengkeram lenganku dan bantal di bawah panggulnya. Kutahu akan sampai.
Kupercepat lagi ... kali ini kupeluk tubuhnya yang berlipat sekarang, sambil mendesah mengikuti gerakanku, aku mulai merasa puncak kenikmatan itu hampir tercapai.
Sambil kupeluk erat tubuhnya, kupercepat gerakanku dan kulepaskan energi di bawah pusarku ke sarang milik Shanty yang sudah siap dari tadi.

- UUrrhgghhh - suara kerongkonganku mengiringi tercapainya puncak malam ini.

Kurebahkan tubuhku di sebelahnya, yang merangkul leherku sambil berbisik

- Love You mas ....

Pulas kami terlentang, dimana tembang slow rock Chriss Cornell menemani kami tidur. Kulirik jam yang belum mencapai midnight, tapi sudah lelah aku ingin tidur

----

suara warning sound di laptop terdengar nyaring membangunkanku. Aku melihat sekeliling kamar yang kosong, aku ingin menuju kamar mandi membasuh badan dan berendam lama di sana...

Kudengar adzan subuh di ruang lobby saat aku turun ke bawah mencari Shanty. Sekiranya dia masih ada di hotel ini.
Kupandang sekeliling ruangan yang sepi ini lalu aku bergerak ke lift, menuju lantai dua.

Sesampai disana, masih sepi dan kulihat pemuda yang mngisi ember dengan cairan pembersih lantai menyapaku.

- Selamat pagi pak, ada yang bisa dibantu ?
- Bu Shanty mana mas ?
- Oh baru saja pulang, terlihat letih, mungkin semaleman kerja lemburnya membuatnya kelelahan.
- Ow begitu, terima kasih mas.
- Ada yang bisa dibantu pak ?
- Well that's it all mas, thank you ya
- Ya pak, selamat pagi ...

Sudah pulang dia, belum berbicara banyak kita semalam, kecuali beraksi banyak.
Kulangkahkan kakiku ke depan pintu lift, menunggu lift datang lagi. Sambil berpikir rencana kegiatan pagi ini.
Pintu lift terbuka, terlihat Lia berdiri menunduk di dalamnya, bersama Dini yang memegang lengan kirinya.

- Selamat pagi - sapaku.
- Hai - jawab Dini berat.
- Nikmat jalan2nya ? meluangkan waktu semalam di mana tadi ?
- Ah, berakhir di diskotik sebelah, masih area hotel ini juga mas.
- Ikut nginap di hotel sini akhirnya ya ?
- He eh - angguknya.
- Keberatan kutemani ke kamar Lia ?
- Ah, kebetulan mas. bimbing dia juga. agak berat nih.
- Okay kubantu. - kataku bergeser ke sebelah Lia.

Harum wangi minuman yang tercium membuatku ikut melayang.
Kuantar mereka sampai kamar yang ditunjuk Dini. Ternyata kamar Sisil juga. Kubiarkan Dini masuk sambil memapah Lia.

- Aku balik ke kamarku ya - pamitku
- Oh ya mas, makasih - sambil meutar badan, kerepotan dengan Lia yang digandengnya dibarengi menutup pintu.

Ah lift sudah tertutup dan ke bawah lagi. membuatku menuggu lagi di depan pintunya.
Selang beberapa saat dibarengi pintu lift yang terbuka, badanku di dorong masuk dari belakang.

- Hei - ujarku
- Mas!

Ternyata Dini. Wanita cantik jelita teman Lia tadi.

Sambil mendorongku ke dinding lift, Dini dengan terbelalak tersenyum nakal bertanya

- Sisil masih dalam posisi telah melakukan sesuatu yang heboh semalam. Kulihat sekeliling kamar, dan kudapat kartu nama dengan nama mas di meja. Dan parfum ruangan yang sama dengan yang mas pakai. Hayo mengaku. Apakah heboh semalam ?

Kujawab dengan mengedipkan mata kananku
- Kau ingin tahu detailnya ? itu kejadian sore. kejadiam malam atau pagi ini, mari ke kamarku

- Hihihi - tawa Dini

Tangannya meraih tanganku, bersamaan dengan dibukanya pintu lift.
Aku mulai terbayang lagi apa yang akan terjadi pagi ini.

Setelah menutup kamarku dan menguncinya, aku memeluk Dini, yang dengan renyah tertawa kecil.
Kubuka rompi yang menutupi bajunya, dan dengan bantuan tangannnya melepaskan blueas putih serta bra hitamnya.
Tersembul keluar kedua buah indah di dadanya dengan ujung merah muda.
tersenyum ia melepaskan pakaian dan celanaku sementara rok mininya kusingkap sekilas, dan kutarik kebawah kain hitam segitiga pembungkus pangkal pahanya.
ketika hendak melepas rok mini hitamnya, kutahan tangannya dan kuarahkan ke dadanya.
Sambil memutar tubuhnya menghadap cermin kami berdua yang bertelanjang dada ini tersenyum.
Segera kuremas yang ada di depan tanganku

- OOuugh!! - pekiknya

Kuremas sedikit kasar tapi malah membuatnya memekik kesenganan berkelangsungan.
Terus kumelakukannya sampai beberapa saat

- Agh! ... Yes! OWh ...

Kuhantar tangannya meremas buah dadanya sendiri, sambil terperjam ia menikmatinya. Kemudian tanganku meninggalkan tangannya, turun ke bawah menyibakkan rock mininya memperliahtkan pangkal paha yang putih indah terbungkus bulu2 pendek bekas dicukur.
segera kusambar dengan kedua tanganku, meremasnya, menyebabkan pekikan nyaring dan terbuka matanya

- AAGH!!

tapi Dini tersenyum. bukan main, dia menikmatinya.

- Aaaarrrghh ....

Menikmati kesenangan dengan lenguh dan nafas beratnya, kutarik kursi mendekat dan mengangkat paha kirinya, meletakkan kakinya di atas kursi. Semakin jelas pemandangan indah di cermin depanku terlihat.
Dini juga melihat aku menikmati pemandangan itu, segera ia mengarahkan lubangnya ke cermin agar tampak lebih jelas.
Kedua tanganku sudah bermain di situ. yang satu mengusap daging kecilnya, yang satu mengusap lubang vaginanya. rintihnya menikmati usahaku sambil menggoyangkan badan ia meremas dadanya. Ia
masih menatap kaca, saat aku baringsut ke depannya membelakangi cermin dan berlutut menghadapi kemaluannya yang indah itu. segera saja kuangkat wajahku menghisap, memutar daging di dalamnya dengan lidahku.
tangan kananku mulai mencoba menguak lubang vaginanya dengan jari-jariku, sementara tangan kiriku merangkul pahanya dan meremas pantannya.
Ia menengadah ke atas memekik tertahan saat jari kananku masuk ke lubang milik Dini.
Kali ini langsung tiga ujung jariku berusaha menguak menekan masuk ke dalam. kuputar tanganku seperti membor lubangnya dan kutarik dan kumasukan berirama
Dini kini melengking pekiknya mengikuti nikmat gerakan tanganku.
Kupercepat, masuk semua tiga jariku dan dia menunduk memejamkan mata, membukanya sebntar, memekik lagi, sambil mengangkat wajahnya ke atas.
Ah, merasakan nikmat benar wanita ini.
Tangan kiriku manyambar botol minuman di meja yang sudah ketenggak habis tadi isinya. Kupindahkan ke tangan kanan melalui belakang tubuhnya, yang segera kucoba kumasukan kepalanya ke lubang Dini yang mulai lebar dan basah itu.
Kutekan botol itu ke atas perlahan sambil tetap memeluk paha kirinya. Dini menjeri kecil sambil menjinjitkan kaki kirinya di atas kursi.
kumainkan naik turun perlahan dan tambah dalam, Dini memekik sambil mengangkat kaki kirinya ke meja sekarang.
tangannya sekarang meremas kepalaku sambil berteriak kecil memekik tiada henti.

- ARGH!! kasur!! berbaring!! Argh!! Penat!! Argh ...

sambil perlahan mendorong ke bibir kasur aku tetap melakukan kegiatanku memasukan dan mencabut botol di kemaluannya itu. Setelah terduduk dan kemudian berbaring dengan kaki masih menggantung di pinggir tempat tidur kuteruskan kegiatanku itu.
Mulutku sudah basah oleh lendirku sendiri atau miliknya, kini dengan dengan bertambah cepat, kulakukan usahaku ini mengolah lubang di depanku.

Beberapa saat kemudian kakinya diangkat, bergetar, dibarengi getaran di perutnya dan dibawah perutnya, bersaamaan dengan otonya yang mengejang tegang

- EEERRRGGGGGGGHHHHHH !!!!

tidak berteriak, tapi telah mencapai apa yang dicarinya tadi.
Tidak kubiarkan istirahat, setelah menurunkan celanaku memperlihatkan pusakaku yang tegang, ku naik tempat tidur melangkahi tubuhnya dengan kaki kiri, kemudian membungkuk mengarahkan pusakaku ke bawah, ke arah mulutnya.
Dini sigap dan menyambar milikku sementara kedua tanganku membuka lagi belahan pangkal paha Dini dan memutar botol ke kanan dan kiri, mencabut setengah dan memasukkannya. aku mengalami sensasi hebat di pusakaku sembari menonton sendiri perbuatanku.
Cukup tegang milikku jika untuk penetrasi ke dalam milik Dini.
Kuturun dipan dan kugulirkan tubuhnya telungkup, dan menarik sediki pahanya sehingga lututnya menyentuh lantai. Kubuka pahanya dan segera kumasukkan pusakaku dalam lubang Dini yang basah semua itu.
Kulakukan gerakan maju mundur dengan cepat. Kubuka belahan pantatnya dan tampak lubang yang kecil yang juga indah, bersih terawat.
Pusakaku yang telah basah kena lendir di vaginanya, mulai ku arahkan ke lubang kecil di atasnya.

- ARAGHH!! - Dini menjerit nyaring

Tapi tetap telungkup dia menikmatinyua.
Tangan kananku yang bkerja lagi di vaginanya menutupi usahaku ke arah lubang kecil pantatnya ini.
Sembari memberi ludah banyak banyak di lubang, pusakaku perlahan tapi pasti berusaha keras melakukan tugasnya menembus elastisitas luang kecil itu.
Dini masih mnjerit, memekik, mendesah, seirama gerakan tangan kananku dan botol yang bersamanya.
Pusakaku sudah setengah kepalanya masuk menunggu tekanan berikutnya.
Sambil perlahan terus menekan, mendengar rintihan Dini, aku mempercepat gerakan tanganku.
Pantat Dini terus kupijat dengan tangan kiri melemaskan otot sekitar lubang yang hendak kumasuki.
Setelah berapa lengkingan dan teriakan Dini, akhirnya kepala pusakaku beserta sebagian lehernya sudah didalam lubang.
Kukeluarkan ludahku banyak2 membasahi lubang pantatnya, mulai kutarik dan kumasukan pusakaku.
Dini menjerit tertahan sambil meremas kasur, seprei, menggigit bantal di depannya, tapi terus kulanjutkan usahaku sampai aku menemukan irama yan tepat untuk si pusakaku.
tidak terbenam seluruhnya tapi rasa pijitan kuat dan remasan di kepala pusakaku sangat-sangatlah terasa nikmat. hingga kupercepat iramanya.

- HMMM!!! HHHHMMM!!! HHHMMM!!!

Dini menjerit sekeras-kerasnya tapi tertahan suaranya oleh bantal yang digigitnya sendiri sambil membenamkan wajahnya kebawah dalam2. Membuat tenang hatiku melakukan hal yang sungguh nikmat ini.
Tangan keluar masuk memutar memainkan botol di lubang vagina, tubuhku naik turun memainkan pusakaku di lubang pantatnya yang putih itu.
Jeritannya yang mengikuti iramaku itu begitu menekan tekanan darahku, mambuatku hampir mencapai tujuan.
akhirnya kupercepat gerakanku di dua lubang Dini, yang diikuti irama jeritannya mengimbangiku.
Badannya tetap bergoyang, pantatnya bergerak tak beraturan, entah merasakan nikmat atau sakit aku tak peduli.
Tiba2 aku dikejutkan dengan ketatnya otot yang mencengkeram pusakaku di pantatnya, memyebabkan aku segera mencapai puncakku. yang segera kupaksa kupercepat tempo iramaku.
Bukan main nikmatnya .... Kuraih nikmatku sekarang ....
Dini menjerit panjang tanpa ditutup bantal, kepalanya mendongak ke atas, otot sekujur tubuhnya mengejang, tangannya meremas sprei dan bantal

Dan puncakku tercapai seaat setelah itu ....

Dini menoleh menatapku, mengeluarkan air mata, tapi tersenyun ... dan kucabut perlahan pusakaku setelah mengecil. Meskipun telah mengecil, terasa sekali otot yang meremasnya masih tegang di ditu.

Dini mencoba bangkit tapi tertunduk lagi ke depan sedikit menungging sambil melebarkan kakinya.

- masss ... aku belum pernah lewat situ mas .... sakittt ... - protesnya berbisik.
- istirahat dulu Din, aku tau, tapi kapan lagi kalau tidak mencobanya. - belaiku menenangkannya.
- tapi nikmat kan ? seperti malam pertamamu dahulu kan sayang .... - kubelai lembut.

tangannya merangkul tubuhku sambil menangis sesenggukan.
Dia berusaha berdiri tapi akhirnya berbaring telungkup lagi ... sambil menggigit bibir bawahnya.

Aku berjalan ke kamar mandi, berusaha membersihkan diri segera, sebelum tiba waktunya menemani client ke Malang setelah sarapan pagi nanti.
Benar benar tak pernah terpikir olehku kejadian yang tidak sampai 24 jam terakhir ini yang kualami. Tidak pernah terpikir sampai akhirnya terjadi.

Tantangan Aki Gila


"Biar saya gaek... dalam bercinta saya yakin saya lebih perkasa dari kamu!" begitu Aki Uum sesumbar saat kami mengobrol santai sepanjang jalan sepulang jumatan.
Kebetulan, nggak lama setelah aku, tetangga belakang rumah, si duda gaek Aki Uum, juga menikah. Istrinya Lidya si janda kembang yang jangkung bongsor.
"Iyalah, Ki. Aki kan pengalaman, sedang saya ting-ting." aku merendah.
"Ayo. Kita berlomba bercintaan dengan istri masing-masing," kata si Aki asal.
"Pegimana caranya tuh?" Balap karung sih aku masih ngerti, tapi lomba bercinta... mana mungkin istriku mau? Kalo bini dia sih serba bebas!
"Caranya gampang. Balkon loteng rumah kita kan belakang-belakangan. Siang ini, saya bakalan bercinta dengan istri di loteng, kamu silakan ngintip. Nah, besok... giliran kamu dengan istri kamu. Saya yang mengintip. Hasilnya kita bandingkan. Yang kalah nraktir sate kambing, ya?"
Udah aki-aki gila juga tuh idenya. Eh, tapi lama-lama aku jadi mikir juga. Kenapa nggak aku iyain aja, ya? Ini kan jadinya kesempatanku melihat aksi akrobatik Lidya melawan si Aki. Kapan lagi kalo nggak sekarang? Hmm... tapi, nanti kalo Mira nggak mau gimana? Ah, pusing amat. Abis aku puas nonton, ngaku kalah aja kan beres, jadi nggak usah ikut-ikutan life show. Bener nggak? Toh dia yang duluan.
Sesuai janji, akhirnya siang itu juga aku nongkrong ngintip di loteng. Si aki menepati janji. Lidya dia giring ke situ. Istri si Aki masih oke banget, body-nya proporsional, gede tapi gak gendut. Sambil becanda-becanda, tangan Aki Uum mulai  mengelus-elus paha Lidya yang masih dilapisi daster hijau tipis.
”Apaan sih,” bisik Lidya sambil mencubit pelan dada si Aki.
”Pengeen...” sahut Aki Uum manja, dan tanpa malu-malu segera memagut bibir tipis Lidya penuh nafsu. Dia juga lekas melepas kaos dan celana yang dipakainya.
Aku tersenyum melihat body si Aki yang kurus krempeng. Aku ngebayangin kaya apa kontolnya kalo dah ngaceng. Sementara Lidya, wow... bikin horny. Tangan si Aki kembali menggerayangi pahanya sambil tangan satunya merangkul Lidya dan mulai meremas tokednya.
"Kamu bener-bener napsuin," kata Aki Uum di telinga Lidya.
"Napsuin gimana, ’kan toked aku gak gede?" tanya Lidya sambil menggelinjang geli.
’Gila! Nggak gede darimana?’ protesku dalam hati. Ditangkup dengan dua tangan aja, benda itu pasti gak akan cukup. Terus aku perhatikan Aki Uum yang kini menjilati leher Lidya, ciumannya terus mengarah ke atas untuk menggelitik kuping dan menyapu wajah Lidya yang cantik, membuat sang istri meringis dan mendesah panjang saat menerimanya.
”Ihh, Aki...” Lidya melenguh.
"Kamu imut, punyamu masih rapet." kata Aki Uum selanjutnya. Dengan penuh nafsu ia menangkup gundukan besar di selangkangan sang istri yang masih tertutup celana dalam, dan meremasnya lembut.
”Auw! Geli, Kii...” Lidya bergidik, tapi tidak menolak. Malah ikut meletakkan tangannya di pangkal paha si Aki. ”Wah, dah bangun, Ki... gede banget!” pekik Lidya gembira.

Aki Uum tersenyum dan kembali memagut bibir tipis Lidya. Ia lumat daging merah basah itu dengan penuh nafsu, sementara di bawah, ia biarkan Lidya melepas celana dalamnya agar bisa memegangi penisnya secara langsung.
"Kocok, Sayang...” pinta Aki Uum, sementara dia sendiri sibuk melepas daster Lidya dan mengurai ikatan bra-nya.
Dalam sedetik, payudara Lidya yang bulat besar meloncat keluar, terekspos dengan indahnya di depan mataku. Aki Uum langsung mencaploknya, dimulai dari yang kiri, lalu dilanjut yang kanan. Dua-duanya ia pagut dengan liar dan ganas, pipinya sampai kempot dipake untuk menyedot-nyedot putingnya yang memerah kenyal. Aku bergidik, tak terasa penisku ikut ngaceng melihat semua itu.
”Aki...” pekik Lidya saat salah satu tangan Aki Uum mengorek-ngorek liang memeknya dari samping cd yang sudah sedikit melenceng.
Sambil melakukannya, si Aki masih terus menciumi bulatan payudara Lidya yang kini terlihat mengkilat basah oleh air liur. Kadang ciuman Aki Uum juga kembali ke atas, menyapu rongga mulut Lidya yang menganga menggiurkan, yang segera dibalas oleh Lidya dengan hisapan dan kuluman yang tak kalah rakus dan liar. Sambil berciuman, tak henti-henti tangan Aki Uum menggesek-gesek pentil Lidya yang sudah menegang runcing, sambil diselingi pencetan dan pelintiran yang sungguh sangat membangkitkan gairah. Aku harus mempraktekkan itu kepada Mira. Lidya sendiri makin intens meremas kontol si Aki, malah kini ia disuruh sedikit merunduk sehingga posisinya setengah jongkok. Aku tahu maksudnya, Aki Uum ingin agar Lidya mengemut kontolnya. Aku menebak-nebak, mau gak ya si Lidya? Walah, tak kusangka, Lidya yang kelihatan pendiam, ternyata dengan begitu bernafsunya melayani kontol si Aki. Ia melahap benda itu seperti makan eskrim batangan, mula-mula buah pelirnya yang dijilat-jilat, baru kemudian batangnya dengan pola naik-turun, dan berlanjut ke ujungnya yang tumpul kaya jamur. Lidya sengaja menggelitiknya dengan memakai ujung lidah sambil dikulum sedikit-sedikit hingga membuat pemiliknya sampai mengerang-ngerang karena keenakan.
”Ughh... sayang...” desis Aki Uum sambil meremasi toket Lidya yang menggantung indah.
Aku merenung, kalau diperlakukan seperti itu, aku pasti bakal merintih-rintih juga. Habis kelihatannya enak banget sih, Mira tidak pernah melakukan yang seperti itu. Satu catatan lagi buatku. Kulihat Aki Uum menarik cd Lidya hingga terlepas, kini keduanya sudah sama-sama telanjang. Dengan mudah kini tangan si Aki mengobok-obok memek Lidya dengan jari-jarinya. Aku tidak bisa melihat dari tempatku mengintip, tapi dari suaranya, bisa kutebak kalau liang itu sudah begitu becek. Cairannya yang kental nampak menetes membasahi lantai keramik loteng yang berwarna gelap. Hmm, rupanya Lidya tipe wanita yang gampang basah.
"Enghh... uuhh... uhh!" desah Lidya disela-sela hisapannya. Kemudian ia rebah ke lantai saat Aki Uum mengajaknya untuk berposisi 69.
Kini mereka saling bertindihan dengan mulut menguasai alat kelamin pasangannya. Lidya kembali mengocok sambil mengemut pelir Aki Uum, sementara si Aki menjulurkan lidahnya untuk menyapu bibir vagina Lidya yang sudah merekah kemerahan.
”Ehm... ahhh...” mereka melenguh secara hampir bersamaan. Lidya sesekali menyentil-nyentilkan lidah pada lubang kencing Aki Uum saat mulutnya terasa kelu oleh batang besar itu.
Sesaat kemudian mereka berganti posisi, Aki Uum berlutut sedangkan Lidya berbaring menyamping dan meneruskan oral seksnya terhadap penis suaminya yang sudah tua bangka itu. Lidya terus bergumam dan meliukkan lidahnya dengan sangat terampil dan sangat berpengalaman. Tangan keriput si aki remas-remas kedua payudaranya hingga membuat putingnya mengacung lancip. Aki Uum menggoyangkan pantatnya maju mundur sehingga membuat penisnya masuk lebih dalam ke mulut istrinya. cukup lama mereka beroral seks sejak posisi 69 tadi, hingga hampir setengah jam.
Aki Uum yang sepertinya sudah horny berat, merintih memprotes, "Ayo dong, Say, masukin. Jangan cuma dibikin geli gitu." ujarnya sambil menekan penisnya masuk ke mulut Lidya.
”Hmph,” Lidya spontan membelalak karena sesak, tapi sama sekali tidak bisa menolak. Posisinya yang berada di bawah tidak memungkinkannya untuk mengendalikan permainan.
Lidya kembali memaju-mundurkan kepalanya untuk mengemut penis Aki Uum. Mulutnya terasa penuh oleh batang besar itu sehingga hanya terdengar desahannya yang tertahan saat si Aki mulai mengelus-elus pantat dan pahanya yang putih mulus.

‘Ahhh...sekarang Ki..akuu..uuuuhhh....gak tahan! Masukin aja ya?” pintanya
“iyaaa sayaaannng....mmmmmuaaachhh! jawab si aki sambil mengecup keningnya
Aki Uum menggesek-gesekkan kepala penisnya yang bersunat itu di bibir vagina istrinya yang sudah becek oleh lendir, naik-turun dan sesekali menekanya. Terus berulang-ulang hingga kepala penisnya mulai menyeruak daging sempit Lidya, terasa menghimpit dan nikmat. Aki Uum mendorong semakin dalam, terus dan akhirnya setengah penisnya tertelan vaginanya. BLESSSSSSS....BLESSSSSSSSSSSSSSSSS.....
“AUW... AAAAAAHHHH...!!” Lydia mengerang lirih dengan badan menggeliat
Dengan berpegang pada kedua payudara istrinya, aki Uum mempercepat goyangannya, maju-mundur dengan memutar-mutarkan penisnya sebagai selingan. Lydia pun merem melek kenikmatan merasakan genjotan si aki.
‘OOOHH....OH...OOOUUUGGHHHH...Ki...nikmaaaaaaaaa aaaattttt....auw....remas tetekku Ki, mmmmmm...iya teruuuuuuuussss....oooooooooohhhh...enak Ki!! ceracaunya
“aku suka memekmu...Lid....aaahhhh...nikmaaaaaaaaat ttt!!” lenguh Ki Uum
Kaki Lidya melingkar semakin kuat di pinggang suaminya hingga membuat tubuhnya ikut bergoyang seirama dengan ayunan pantat si aki. Hemmmmmmmmmm....semakin bernafsu aku menyaksikan adegan mereka sehingga semakin cepat pula aku mengocoki penisku. Nampak si aki menusuk vagina Lidya hingga penisnya tertelan semua terasa membentur dinding yang berlendir hangat. Aki  terus bergoyang....memainkan penisnya di dalam vagina istrinya yang semakin banjir.
“AAAHHHHHHHH...Ki...aku... akuuuuuuuuuuuu...keluaaaaaaaaaaarrr!” jerit Lidya disertai letupan lava orgasme yang melumuri  penis Aki Uum dari ujung hingga pangkalnya.
Tetapisi aki tidak menghentikan goyangannya, bahkan mempercepatnya sambil berpegang pada kedua gunung kembar itu dan meremasnya makin brutal. Hingga akhirnya, sekitar  sepuluh menit kemudian hampir secara bersamaan mereka menyemprotkan cairan orgasme yang kental dan hangat.
”Ahh... eughhh...” Aki Uum melenguh dalam kenikmatan saat melepaskan spermanya di dalam vagina sang istri.
Setelah mencabut penisnya, si aki merayap turun ke bawah, kepalanya menuju ke selangkangan sang istri. Rupanya ia ingin membersikan vagina istrinya dari cairan yang bereleleran ketika orgasme. Ia pun membenamkan wajahnya di wilayah kewanitaan Lidya.
“Aaahh...Ki” Lidya mendesah dan menggeliatkan tubuhnya.
Aki Uum menbiarkan pinggul sang istri meliuk-liuk keenakan akibat jilatannya. Malah ia memakai dua jari untuk membuka bibir vagina Lidya dan lekas menyapu daerah itu dengan lidahnya, membuat daging berbelah tengah itu jadi tambah basah, baik oleh ludah si Aki maupun cairannya sendiri.
"Emmh... emmhh... aghh!" Lidya mendesah tertahan dengan mata merem-melek keenakan.
Cairan bening terus meleleh membasahi liang vaginanya dan mulut si aki, sementara mulut Aki Uum terus menempel di permukaan selangkangannya untuk mencucup dan menghisap-hisapnya selama mungkin, membersikannya dari cairan orgasme. Kurang lebih lima menit mereka dalam posisi seperti itu. Aku yang masih setia mengintip jadi senewen sendiri, kubayangkan aku yang jadi Aki Uum dan sedang menyetubuhi Lidya. Ughh, betapa nikmatnya. Tak terasa aku sudah memelorotkan celana dan mulai mengocok-ngocok penisku sendiri. Selama itu kuperhatikan tubuh montok Lidya menggelinjang hebat, sementara sepongannya pada kontol Aki Uum juga semakin bersemangat. Puas menikmati vagina sang istri, Aki Uum mengambil posisi duduk dan menaikkan Lidya ke pangkuannya. Tangannya yang satu membuka lebar bibir vagina sang istri, sedangkan yang lain membimbing penisnya memasuki liangnya yang sudah membengkak kemerahan. Lidya menurunkan tubuh untuk menduduki penis si Aki, pelan-pelan ia melakukannya hingga benda coklat panjang itu melesak masuk ke dalam celah kewanitaannya yang sempit diiringi erangan panjang dari si Aki.
”Auhhh... Say!!” Aki Uum melenguh nikmat akibat jepitan vagina Lidya yang masih sangat kencang meski sudah sering dipakai.
”Emghh...” Lidya ikut merintih, terasa sekali penis si Aki seperti membelah vaginanya yang belum pernah kemasukan penis sebesar itu.
Mereka terdiam sejenak. Aku ikut menahan nafas, dan baru menghembuskan begitu kulihat Lidya mulai bergerak naik-turun di pangkuan Aki Uum. Sementara sang istri menggoyang, Aki Uum menjulurkan tangan untuk meremas-remas toket Lidya yang menggantung indah dengan begitu gemas dan keras.
”Hah... hah...” melenguh keenakan, Lidya terus menaik-turunkan tubuhnya dengan penuh semangat, semakin lama semakin cepat dengan mulut terus menceracau tak karuan. Terasa sekali desakan penis Aki Uum yang selain besar juga panjang, sehingga seakan-akan menembus hingga ke rongga perutnya.
"Oohh... auuhh... ahh... ahh!" lolong Lidya dengan kepala mendongak ke atas, bersamaan dengan itu, tubuhnya yang sintal mengejang.
Ia mendekap  kepala Aki Uum erat-erat sehingga wajah si Aki terbenam di belahan tokednya yang bulat dan besar. Selanjutnya perempuan cantik keturunan Arab itu ambruk di pelukan Aki Uum  dengan penis si Aki masih menancap dalam di liang senggamanya. Mereka saling mendekap dan bercumbu mesra, lidah mereka kembali berpaut dan saling menghisap. Tak kusangka, Aki Uum yang sudah keriput bisa mengalahkan Lidya yang masih kinyis-kinyis. Kalau begini, sepertinya aku beneran kalah.

Setelah sedikit tenang, Lidya kemudian bangkit untuk mengambil air minum dari dalam rumah. Pelan-pelan ia melepas penis Aki Uum yang masih terjepit di liang vaginanya. Kuperhatikan saat dia berlenggak-lenggok masuk ke dalam rumah dengan tubuh telanjang. Uhh, benar-benar sangat indah dan menggairahkan. Memandangi Mira yang telanjang saja, aku tidak pernah memiliki perasaan yang seperti ini. Dengan Lidya, entahlah... aku sangat terangsang. Mungkin benar ungkapan pribahasa; rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri. Aku sudah membuktikannya. Lidya keluar sambil membawa dua gelas air, satu diberikannya pada Aki Uum, sedang yang satu diminumnya sendiri. Si Aki langsung menenggaknya sampai habis.
"Haus ya, Ki?" tanya Lidya sambil menggelayut manja di pundak Aki Uum, dibiarkannya tangan nakal si Aki yang kembali mempermainkan bulatan payudaranya.
"Iya, kan habis kerja keras.” sahut Aki Uum, jari-jarinya dengan gemas meremas-remas tetek sang istri.
”Aki belom ngecret tadi," kata Lidya memastikan.
Aki Uum mengangguk dan lekas merebahkan tubuh montok Lidya ke atas meja. Kedua pergelangan kaki perempuan cantik itu dipegangnya lalu ia bentangkan lebar-lebar. Setelah menaikkan kedua betis Lidya ke bahu, Aki Uum segera menyentuhkan kepala kontolnya ke bibir vagina sang istri.
”Siap untuk ronde yang kedua?” tanyanya sambil merenggangkan memek Lidya semaksimal mungkin agar bisa menampung kontol besarnya yang sudah mulai menerobos masuk.
”Lakukan, Ki... uhhh!” Lidya kembali mengerang nikmat.
”Uuhh... sempit banget sih," erang Aki Uum akibat jepitan dinding vagina Lidya yang sempit saat ia mulai menggerakkan kontolnya pelan, menyetubuhi tubuh mulus sang istri.
Aku yang melihatnya, kembali memegang dan mengocok-ngocok penisku pelan-pelan. Aku tak mau ketinggalan momen langka ini.
”Auhh,” Lidya merespon dengan rintihan lembut saat Aki Uum mulai menaikkan tempo permainannya, ia terus menyodok sambil sesekali menggoyang pinggulnya ke kiri dan ke kanan untuk variasi. Tak ketinggalan tangannya meremasi pantat Lidya yang putih mulus.

”Ahh... ahh...” sang istri makin menggeliat keenakan, desahannya pun semakin jelas terdengar. Aki Uum merundukkan badannya agar bisa menyusu ke toked Lidya yang bulat besar, ia mengemut dan menarik-narik putingnya dengan gemas. Selain toked, ketiak Lidya yang bersih juga tak luput dari jilatannya sehingga menimbulkan sensasi geli-geli nikmat bagi sang istri.
”Auw... ahh... ahh.. uhh...” Lidya mengerang sejadi-jadinya sambil menggelengkan kepala dan menggigiti ujung jarinya.
Kini Aki Uum merubah posisi dengan menurunkan setengah tubuhnya dari meja, dibuatnya Lidya menungging dengan kedua lutut bertumpu di lantai, tetapi badan atasnya masih di atas meja sehingga kedua tokednya yang bulat besar tertekan hingga gepeng. Jleebb!! Aki Uum kembali menusuknya, tapi kali ini dari belakang. Posisi ini membuat sodokannya terasa semakin deras dan nikmat. Lidya ikut menggoyangkan pantatnya untuk menyambut genjotan itu sehingga terdengar suara plak-plok-plak-plok saat badan mereka beradu kencang, bercampur dengan dengan erangan Lidya yang tak lama kemudian kembali menyambut orgasmenya.

Air cinta mengucur deras dari liang surgawinya, terlihat dia jadi lemas sekali setelah sebelumnya mengejang hebat. Keringat sudah membasahi tubuh sintalnya, begitu banyaknya hingga menetes-netes di meja loteng. Namun Aki Uum sepertinya masih belum selesai, nampak dari kontolnya yang masih tegak dan menegang panjang. Aku jadi geleng-geleng kepala dibuatnya, makan apa dia hingga bisa jadi kuat seperti itu. Aku harus mengetahui rahasianya! Lidya sekarang diangkat dan dibaringkan di kursi panjang. Aki Uum kembali menghampiri dan menghimpitnya. Diciumnya sejenak bibir tipis Lidya sebelum akhirnya mengangkat salah satu kaki perempuan cantik itu dan mulai mendekatkan batang penisnya ke vagina Lidya. Dengan dibantu tangan sang istri dan dorongan badannya, masuklah kontol Aki Uum kembali ke vagina Lidya. Mereka mulai menggenjot ringan, dan berangsur-angsur menjadi bertambah kencang seiring waktu yang terus berlalu. Lidya menolehkan wajah menatap rumahku, tapi tentu saja ia tidak dapat melihatku. Malah aku yang bisa melihatnya begitu jelas saat ia mengeluarkan desahan nikmat dari mulutnya yang tipis.
”Hmm...” rintihnya saat Aki Uum kembali melumat ujung tokednya dan mengisapnya dengan begitu rakus dan gemas, membuatnya jadi semakin lancip dan menegang tak karuan.
Aki Uum memang sungguh perkasa, dia sudah dua kali membuat Lidya kelojotan, sementara dia sendiri tampak belum apa-apa. Pantas dia berani menantangku. Aku yang cuma menonton dan ngocok sendiri saja sudah mulai kecapekan, tapi si Aki masih dengan brutalnya mengesek-gesekkan penisnya ke lorong vagina sang istri. Sungguh sangat luar biasa sekali. Dan itu terus berlangsung sampai 20 menit kemudian. Mataku sampai pedih saat melihatnya, hingga akhirnya... dengan didahului teriakan panjang, Aki Uum pun klimaks. Pejunya yang hangat mengalir mengisi liang vagina Lidya. Nafasnya terlihat memburu dan sangat ngos-ngosan, dan dia langsung ambruk menindih tubuh molek Lidya yang terlihat tak kalah lelahnya begitu alat kelamin mereka terpisah. Aku yang puas menonton segera turun ke bawah. Aku konak dan butuh  pelampiasan. Mira, mana Mira?! Kucari istriku yang dari tadi sibuk memasak di dapur. Segera kupeluk tubuhnya begitu sudah kutemukan. Kupencet-pencet toked kirinya dan kumainkan pentilnya. Seperti biasa, kalau di dalam rumah, Mira tidak pernah memakai daleman. Pahanya kubuka lebar-lebar dan tanganku lekas bermain diantara kerimbunan jembut vaginanya, kukocok benda yang baru kunikmati selama 2 bulan itu dengan dua jari. Tak ketinggalan bahu kirinya yang mulus kucupangi dengan bibirku.
”Ahhh... Mas!” Mira hanya mendesah dengan ekspresi wajah menunjukkan kepasrahan dan rasa nikmat. Sudah biasa ia kuperlakukan seperti itu, kuserang saat sedang tidak siap, jadi dia sudah tidak kaget lagi.
Mira kemudian kudorong ke bawah, menuju ke selangkanganku. Tahu apa yang kuinginkan, ia segera menggenggam batang penisku dan mulai memainkannya di mulut. Diawali dengan menjilati kepala penisku hingga basah, lalu menciumi bagian batangnya, dan diteruskan hingga ke biji pelirku. Kantong bola itu ia emut-emut disertai dengan mengocok batangnya menggunakan tangan.

Perlahan tapi pasti, penisku mulai ereksi penuh. Kunikmati sekali permainannya, mataku terus merem-melek sambil mendesah tiada henti-hentinya saat Mira mulai  mengulum dan menghisap-hisapnya. Lama juga ia mengoralku, sebenarnya aku ingin Mira menerapkan tekniknya Lidya, tapi aku tak tega meminta saat kulihat ia mulai kepayahan. Itu bisa ditunda buat kapan-kapan, yang penting sekarang hasratku terpenuhi dulu. Segera kuangkat dan kupagut bibirnya, Mira membalas dengan tak kalah panas, ia memainkan lidahnya sambil tangannya memijat-mijat batang penisku. Kudorong tubuhnya agar berbaring telungkup di meja dapur, kutelanjangi dia agar bisa kulihat tubuh sintalnya yang selama ini sudah menemani hari-hariku. Kubelai dan kucium punggungnya yang putih mulus.
”Ahh... Mas!” Mira mendesah merasakan rangsangan erotis itu. Apalagi saat ciumanku makin turun ke arah pantatnya yang bulat dan padat, kusapukan lidahku pada bongkahannya yang putih, kuciumi, bahkan kugigit-gigit kecil hingga membuat Mira menjerit keenakan.
”Ughh...” Mulutku turun ke bawah lagi, kuciumi setiap jengkal kulit pahanya yang halus mulus. Betis kanannya kutekuk sehingga kakinya jadi lebih lebar terbuka.
”Auw... Mas!!” Mira sedikit tersentak saat mulai kusentuh liang vaginanya, dua jariku masuk ke liangnya yang sempit, sementara satu jari menggosok-gosok itilnya yang menyembul kemerahan. Bulu-bulu jembutnya aku sibakkan hingga ia bisa merasakan hembusan nafasku yang begitu dekat. Mulai kujilati kemaluannya sambil tanganku terus mengocok lembut di sana.
”Ahh... hah... hah...” Mira tertawa-tawa kecil sambil mendesah hebat. Dia memang suka rangsangan dengan sensasi geli seperti ini.
Puas menjilat, segera kuangkat pantat bulatnya ke atas, kusuruh dia untuk sedikit menungging. Sesaat kemudian, Mira menjengit saat batang tumpulku mulai menyeruak masuk ke liang vaginanya. Ia terpejam menghayati momen-moment saat penisku mengisi liang senggamanya.
”Ahhh...” Mira tak kuasa menahan desahan saat aku mulai menghujam-hujamkan penisku ke dalam tubuhnya.
Rasanya sungguh luar biasa, terutama waktu kuputar-putar penisku di liang vaginanya yang sempit dan ketat, rasanya seperti dipijit dan dicekik saja, membuatku tak rela kalau sensasi ini cepat-cepat berlalu.
”Mir, enak...” bisikku di telinganya.
Kocokanku bertambah cepat dan kasar, otomatis erangan Mira pun semakin bertambah tak karuan, sesekali bahkan ia  menjerit kalau sodokanku terlalu keras.
”Terus, Mas... terus... jangan berhenti!” Mira meminta. Selangkangannya yang sudah basah kuyup menimbulkan bunyi kecipak setiap kali menerima tusukan penisku. Ia merintih dan meringis karena nyeri, namun juga merasa nikmat.

Kurasakan dia sebentar lagi akan klimaks, dinding-dinding vaginanya terasa berdenyut kencang memijit batang penisku yang masih bergerak cepat.
”Ayo, Mas... terus... Mira sudah mau...” desahnya dengan nafas tersengal-sengal.
Tak lama kemudian kurasakan tubuhnya menggeliat sambil mendesah panjang menandakan orgasmenya yang sudah tiba. Kurasakan air cinta mengucur deras membasahi selangkangannya yang masih dipenuhi oleh batang penisku. Aku yang juga merasa sudah hampir meledak segera menarik penisku hingga terlepas. Kubalik tubuh Mira dan pejuhku kukeluarkan di atas payudaranya, setelah itu kuratakan cairan kental itu ke seluruh tokednya hingga basah mengkilap. Tersenyum keenakan, Mira segera meraih batang kontolku dan membersihkannya. Ia menjilati sisa-sisa pejuhku hingga bersih.
”Kenapa gak dikeluarin di dalem aja, kan lebih nikmat?” tanya Mira dengan keringat bercucuran di seluruh tubuhnya yang sintal.
”Pengen variasi aja,” jawabku dengan cepat karena ngos-ngosan.
Selesai itu, kami berbenah. Terbayar deh rasa penasaranku akibat ngintip si Aki-Aki gila. Meski tidak 100% tapi cukup untuk meredam hasratku hari itu. Pertandingan selesai. Sore itu juga, tergopohlah aku mentraktir Aki Uum di warung sate kambing di mall depan kompleks. Kebetulan sore-sore itu para istri sibuk arisan juga.
"Saya ngaku kalah, Ki. Nggak apa, kan... saya nggak usah nyoba nandingin?"
"Ya udah, nggak apa. Nandingin juga percuma, saya nggak bisa lihat. Mata saya kan udah burem, kacamata kemaren pecah," begitu dia bilang.
"Gile bener. Mata sih burem, tapi giliran sama Lidya, perkasanya kayak superhero!" aku memujinya. "Eh, ngomong-ngomong, boleh tahu apa rahasianya bisa dahsyat kayak tadi siang itu?" Jelas... aku penasaran dong.
Si Aki pun nyengir. "Hehehe... itu tadi sebenernya saya ada salah megang."
"Salah megang? Salah megang apa?" tanyaku.
"Salah megang tiang lampu. Lha padahal, tiang lampu itu kan nyetrum!" katanya.
Whahaha... Saya pun ngakak abis. "Kirain sakti... Ternyata Aki tadi bisa bergetar dahsyat 20 menit itu karena kesetrum?!! Hahaha... dasar koplak!"

mBak Yuni

Kejadian ini terjadi ketika aku lulus dari SMU. Perkenalkan, namaku Aris. Kejadian ini tidak akan terlupakan karena ini adalah pertama kalinya aku merasakan nikmatnya sex yang sebenarnya. Pada waktu itu aku make love dengan Mbak Yuni yang umurnya kira-kira 10 tahun lebih tua dariku. Wajahnya manis dan kulitnya putih.



Mbak Yuni adalah anak tetangga nenekku di desa daerah Cilacap yang ikut dengan keluargaku di Kota Semarang sejak SMP. Waktu SD ia sekolah di desa, setelah itu ia diajak keluargaku di kota untuk melanjutkan sekolah sekaligus membantu keluargaku terutama merawat aku. Kami sangat akrab bahkan di juga sering ngeloni aku. Mbak Yuni ikut dengan keluargaku sampai dia lulus SMA atau aku kelas 2 SD dan dia kembali ke desa. Namanya juga anak kecil, jadi aku belum ada perasaan apa-apa terhadapnya.

Setelah itu kami jarang bertemu, paling-paling hanya setahun satu atau dua kali. Tiga tahun kemudian ia menikah dan waktu aku kelas dua SMP aku harus pindah luar Jawa ke Kota Makassar mengikuti ayah yang dipindah tugas. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi. Kami hanya berhubungan lewat surat dan kabarnya ia sekarang telah memiliki seorang anak. pada waktu aku lulus SMA aku pulang ke rumah nenek dan berniat mencari tempat kuliah di Kota Yogya.

Sesampai di rumah nenek aku tahu bahwa Mbak Yuni sudah punya rumah sendiri dan tinggal bersama suaminya di desa seberang. Setelah dua hari di rumah nenek aku berniat mengunjungi rumah Mbak Yuni. Setelah diberi tahu arah rumahnya (sekitar 1 km) aku pergi kira-kira jam tiga sore dan berniat menginap. Dari sinilah cerita ini berawal.

Setelah berjalan kurang lebih 20 menit, akhirnya aku sampai di rumah yang ciri-cirinya sama dengan yang dikatakan nenek. Sejenak kuamati kelihatannya sepi, lalu aku coba mengetok pintu rumahnya.

"Ya sebentar.." terdengar sahutan wanita dari dalam.
Tak lama kemudian keluar seorang wanita dan aku masih kenal wajah itu walau lama tidak bertemu. Mbak Yuni terlihat manis dan kulitnya masih putih seperti dulu. Dia sepertinya tidak mengenaliku.
"Cari siapa ya? tanya Mbak Yuni".
"Anda Mbak Yuni kan?" aku balik bertanya.
"Iya benar, anda siapa ya dan ada keperluan apa?" Mbak Yuni kembali bertanya dengan raut muka yang berusaha mengingat-ingat.
"Masih inget sama aku nggak Mbak? Aku Aris Mbak, masak lupa sama aku", kataku.
"Kamu Aris anaknya Pak Tono?" kata Mbak Yuni setengah nggak percaya.
"Ya ampun Ris, aku nggak ngenalin kamu lagi. Berapa tahun coba kita nggak bertemu." Kata Mbak Yuni sambil memeluk tubuhku dan menciumi wajahku.
Aku kaget setengah mati, baru kali ini aku diciumi seorang wanita. Aku rasakan buah dadanya menekan dadaku. Ada perasaan lain muncul waktu itu.
"Kamu kapan datangnya, dengan siapa" kata Mbak Yuni sambil melepas pelukannya.
"Saya datang dua hari lalu, saya hanya sendiri." kataku.
"Eh iya ayo masuk, sampai lupa, ayo duduk." Katanya sambil menggeret tanganku.

Kami kemudian duduk di ruang tamu sambil mengobrol sana-sini, maklum lama nggak tetemu. Mbak Yuni duduk berhimpitan denganku. Tentu saja buah dadanya menempel di lenganku. Aku sedikit terangsang karena hal ini, tapi aku coba menghilangkan pikiran ini karena Mbak Yuni sudah aku anggap sebagai keluarga sendiri.

"Eh iya sampai lupa buatin kamu minum, kamu pasti haus, sebentar ya.." kata Mbak Yuni ditengah pembicaraan.
Tak lama kemudian ia datang, "Ayo ini diminum", kata Mbak Yuni.
"Kok sepi, pada kemana Mbak?" Tanyaku.
"Oh kebetulan Mas Heri (suaminya Mbak Yuni) pergi kerumah orang tuanya, ada keperluan, rencananya besok pulangya dan si Dani (anaknya Mbak Yuni) ikut" jawab Mbak Yuni.
"Belum punya Adik Mbak dan Mbak Yuni kok nggak ikut?" tanyaku lagi.
"Belum Ris padahal udah pengen lho.. tapi memang dapatnya lama mungkin ya, kayak si Dani dulu. Mbak Yuni ngurusi rumah jadi nggak bisa ikut" katanya.
"Eh kamu nginep disini kan? Mbak masih kangen lho sama kamu" katanya lagi.
"Iya Mbak, tadi sudah pamit kok" kataku.
"Kamu mandi dulu sana, ntar keburu dingin" kata Mbak Yuni.

Lalu aku pergi mandi di belakang rumah dan setelah selesai aku lihat-lihat kolam ikan di belakang rumah dan kulihat Mbak Yuni gantian mandi. Kurang lebih lima belas menit, Mbak Yuni selesai mandi dan aku terkejut karena ia hanya mengenakan handuk yang dililitkan di tubuhnya. Aku pastikan ia tidak memakai BH dan mungkin CD juga karena tidak aku lihat tali BH menggantung di pundaknya.

"Sayang Ris ikannya masih kecil, belum bisa buat lauk" kata Mbak Yuni sambil melangkah ke arahku lalu kami ngobrol sebentar tentang kolam ikannya.
Kulihat buah dadanya sedikit menyembul dari balutan handuknya dan ditambah bau harum tubuhnya membuatku terangsang. Tak lama kemudian ia pamit mau ganti baju. Mataku tak lepas memperhatikan tubuh Mbak Yuni dari belakang. Kulitnya benar-benar putih. Sepasang pahanya putih mulus terlihat jelas bikin burungku berdiri. Ingin rasanya aku lepas handuknya lalu meremas, menjilat buah dadanya, dan menusuk-nusuk selangkangannya dengan burungku seperti dalam bokep yang sering aku lihat. Sejenak aku berkhayal lalu kucoba menghilangkan khayalan itu.

Haripun berganti petang, udara dingin pegunungan mulai terasa. Setelah makan malam kami nonton teve sambil ngobrol banyak hal, sampai tak terasa sudah pukul sembilan.
"Ris nanti kamu tidur sama aku ya, Mbak kangen lho ngeloni kamu" kata Mbak Yuni.
"Apa Mbak?" Kataku terkejut.
"Iya.. Kamu nanti tidur sama aku saja. Inget nggak dulu waktu kecil aku sering ngeloni kamu" katanya.
"Iya Mbak aku inget" jawabku.
"Nah ayo tidur, Mbak udah ngantuk nih" kata Mbak Yuni sambil beranjak melangkah ke kamar tidur dan aku mengikutinya dari belakang, pikiranku berangan-angan ngeres. Sampai dikamar tidur aku masih ragu untuk naik ke ranjang.
"Ayo jadi tidur nggak?" tanya Mbak Yuni.
Lalu aku naik dan tiduran disampingnya. Aku deg-degan. Kami masih ngobrol sampai jam 10 malam.
"Tidur ya.. Mbak udah ngantuk banget" kata Mbak Yuni.
"Iya Mbak" kataku walaupun sebenarnya aku belum ngantuk karena pikiranku semakin ngeres saja terbayang-bayang pemandangan menggairahkan sore tadi, apalagi kini Mbak Yuni terbaring di sampingku, kurasakan burungku mengeras.

Aku melirik ke arah Mbak Yuni dan kulihat ia telah tertidur lelap. Dadaku semakin berdebar kencang tak tahu apa yang harus aku lakukan. Ingin aku onani karena sudah tidak tahan, ingin juga aku memeluk Mbak Yuni dan menikmati tubuhnya, tapi itu tidak mungkin pikirku. Aku berusaha menghilangkan pikiran kotor itu, tapi tetap tak bisa sampai jam 11 malam. Lalu aku putus kan untuk melihat paha Mbak Yuni sambil aku onani karena bingung dan udah tidak tahan lagi.

Dengan dada berdebar-debar aku buka selimut yang menutupi kakinya, kemudian dengan pelan-pelan aku singkapkan roknya hingga celana dalam hitamnya kelihatan, dan terlihatlah sepasang paha putih mulus didepanku beitu dekat dan jelas. Semula aku hanya ingin melihatnya saja sambil berkhayal dan melakukan onani, tetapi aku penasaran ingin merasakan bagaimana meraba paha seorang perempuan tapi aku takut kalau dia terbangun. Kurasakan burungku melonjak-lonjak seakan ingin melihat apa yang membuatnya terbangun. Karena sudah dikuasai nafsu akhirnya aku nekad, kapan lagi kalau tidak sekarang pikirku.

Dengan hati-hati aku mulai meraba paha Mbak Yuni dari atas lutut lalu keatas, terasa halus sekali dan kulakukan beberapa kali. Karena semakin penasaran aku coba meraba celana dalamnya, tetapi tiba-tiba Mbak Yuni terbangun.
"Aris! Apa yang kamu lakukan!" kata Mbak Yuni dengan terkejut.
Ia lalu menutupi pahanya dengan rok dan selimutnya lalu duduk sambil menampar pipiku. Terasa sakit sekali.
"Kamu kok berani berbuat kurang ajar pada Mbak Yuni. Siapa yang ngajari kamu?" kata Mbak Yuni dengan marah.
Aku hanya bisa diam dan menunduk takut. Burungku yang tadinya begitu perkasa aku rasakan langsung mengecil seakan hilang.
"Tak kusangka kamu bisa melakukan hal itu padaku. Awas nanti kulaporkan kamu ke nenek dan bapakmu" kata Mbak Yuni.
"Ja.. jangan Mbak" kataku ketakutan.
"Mbak Yuni kan juga salah" kataku lagi membela diri.
"Apa maksudmu?" tanya Mbak Yuni.
"Mbak Yuni masih menganggap saya anak kecil, padahal saya kan udah besar Mbak, sudah lebih dari 17 tahun. Tapi Mbak Yuni masih memperlakukan aku seperti waktu aku masih kecil, pakai ngeloni aku segala. Trus tadi sore juga, habis mandi Mbak Yuni hanya memakai handuk saja didepanku. Saya kan lelaki normal Mbak" jelasku.

Kulihat Mbak Yuni hanya diam saja, lalu aku berniat keluar dari kamar.
"Mbak.. permisi, biar saya tidur saja di kamar sebelah" kataku sambil turun dari ranjang dan berjalan keluar.
Mbak Yuni hanya diam saja. Sampai di kamar sebelah aku rebahkan tubuhku dan mengutuki diriku yang berbuat bodoh dan membayangkan apa yang akan terjadi besok. Kurang lebih 15 menit kemudian kudengar pintu kamarku diketuk.

"Ris.. kamu masih bangun? Mbak boleh masuk nggak?" Terdengar suara Mbak Yuni dari luar.
"Ya Mbak, silakan" kataku sambil berpikir mau apa dia.
Mbak Yuni masuk kamarku lalu kami duduk di tepi ranjang. Aku lihat wajahnya sudah tidak marah lagi.
"Ris.. Maafkan Mbak ya telah nampar kamu" katanya.
"Seharusnya saya yang minta maaf telah kurang ajar sama Mbak Yuni" kataku.
"Nggak Ris, kamu nggak salah, setelah Mbak pikir, apa yang kamu katakan tadi benar. Karena lama nggak bertemu, Mbak masih saja menganggap kamu seorang anak kecil seperti dulu aku ngasuh kamu. Mbak tidak menyadari bahwa kamu sekarang sudah besar" kata Mbak Yuni.
Aku hanya diam dalam hatiku merasa lega Mbak Yuni tidak marah lagi.
"Ris, kamu bener mau sama Mbak?" tanya Mbak Yuni.
"Maksud Mbak?" kataku terkejut sambil memandangi wajahnya yang terlihat bagitu manis.
"Iya.. Mbak kan udah nggak muda lagi, masa' sih kamu masih tertarik sama aku?" katanya lagi.
Aku hanya diam, takut salah ngomong dan membuatnya marah lagi.
"Maksud Mbak.., kalau kamu bener mau sama Mbak, aku rela kok melakukannya dengan kamu" katanya lagi.
Mendengar hal itu aku tambah terkejut, seakan nggak percaya.
"Apa Mbak" kataku terkejut.
"Bukan apa-apa Ris, kamu jangan berpikiran enggak-enggak sama Mbak. Ini hanya untuk meyakinkan Mbak bahwa kamu telah dewasa dan lain kali tidak menganggap kamu anak kecil lagi" kata Mbak Yuni

Lagi-lagi aku hanya diam, seakan nggak percaya. Ingin aku mengatakan iya, tapi takut dan malu. Mau menolak tapi aku pikir kapan lagi kesempatan seperti ini yang selama ini hanya bisa aku bayangkan.

"Gimana Ris? Tapi sekali aja ya.. dan kamu harus janji ini menjadi rahasia kita berdua" kata Mbak Yuni.
Aku hanya mengangguk kecil tanda bahwa aku mau.
"Kamu pasti belum pernah kan?" kata Mbak Yuni.
"Belum Mbak, tapi pernah lihat di film" kataku.
"Kalau begitu aku nggak perlu ngajari kamu lagi" kata Mbak Yuni.

Mbak Yuni lalu mencopot bajunya dan terlihatlah buah dadanya yang putih mulus terbungkus BH hitam, aku diam sambil memperhatikan, birahiku mulai naik. Lalu Mbak Yuni mencopot roknya dan paha mulus yang aku gerayangi tadi terlihat. Tangannya diarahkan ke belakang pundak dan BH itupun terlepas, sepasang buah dada berukuran sedang terlihat sangat indah dipadu dengan puting susunya yang mencuat kedepan. Mbak Yuni lalu mencopot CD hitamnya dan kini ia telah telanjang bulat. Penisku terasa tegang karena baru pertama kali ini aku melihat wanita telanjang langsung dihadapanku. Ia naik ke atas ranjang dan merebahkan badannya terlentang. Aku begitu takjub, bayangkan ada seorang wanita telanjang dan pasrah berbaring di ranjang tepat dihadapanku. Aku tertegun dan ragu untuk melakukannya.

"Ayo Ris.. apa yang kamu tunggu, Mbak udak siap kok, jangan takut, nanti Mbak bantu" kata Mbak Yuni.


Segera aku melepaskan semua pakaianku karena sebenarnya aku sudah tidak tahan lagi. Kulihat Mbak Yuni memperhatikan burungku yang berdenyut-denyut, aku lalu naik ke atas ranjang. Karena sudah tidak sabar, langsung saja aku memulainya. Langsung saja aku kecup bibirnya, kulumat-lumat bibirnya, terasa ia kurang meladeni bibirku, aku pikir mungkin suaminya tidak pernah melakukannya, tapi tidak aku hiraukan, terus aku lumat bibirnya. Sementara itu kuarahkan tanganku ke dadanya. Kutemukan gundukan bukit, lalu aku elus-elus dan remas buah dadanya sambil sesekali memelintir puting susunya.

"Ooh.. Ris.. apa yang kau lakukan.. ergh.. sshh.." Mbak Yuni mulai mendesah tanda birahinya mulai naik, sesekali kurasakan ia menelan ludahnya yang mulai mengental. Setelah puas dengan bibirnya, kini mulutku kuarahkan ke bawah, aku ingin merasakan bagaimana rasanya mengulum buah dada. Sejenak aku pandangi buah dada yang kini tepat berada di hadapanku, ooh sungguh indahnya, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti belum pernah terjamah lelaki. Langsung aku jilati mulai dari bawah lalu ke arah putingnya, sedangkan buah dada kanannya tetap kuremas-remas sehingga tambah kenyal dan mengeras.

"Emmh oh aarghh" Mbak Yuni mendesah hebat ketika aku menggigit puting susunya.
Kulirik wajahnya dan terlihat matanya merem melek dan giginya menggigit bibir bawahnya. Kini jariku kuarahkan ke selangkangannya. Disana kurasakan ada rumput yang tumbuh di sekeliling memeknya. Jari-jariku kuarahkan kedalamnya, terasa lubang itu sudah sangat basah, tanda bahwa ia sudah benar-benar terangsang. Kupermainkan jari-jariku sambil mencari klentitnya. Kugerakkan jari-jariku keluar masuk di dalam lubang yang semakin licin tersebut.

"Aargghh.. eemhh.. Ris kam.. mu ngapainn oohh.." kata Mbak Yuni meracau tak karuan, kakinya menjejak-jejak sprei dan badannya mengeliat-geliat. Tak kupedulikan kata-katanya. Tubuh Mbak Yuni semakin mengelinjang dikuasai nafsu birahi. Kuarasakan tubuh Mbak Yuni menegang dan kulihat wajahnya memerah bercucuran keringat, aku pikir dia sudah mau klimaks. Kupercepat gerakan jariku didalam memeknya.

"Ohh.. arghh.. oohh.." kata Mbak Yuni dengan nafas tersengal-sengal dan tiba-tiba..
"Oohh aahh.." Mbak Yuni mendesah hebat dan pinggulnya terangkat, badannya bergetar hebat beberapa kali. Terasa cairan hangat memenuhi memeknya.
"Ohh.. ohh.. emhh.." Mbak Yuni masih mendesah-desah meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.
"Ris apa yang kamu lakukan kok Mbak bisa kayak gini" tanya Mbak Yuni.
"Kenapa emangnya Mbak? Kataku.
"Baru kali ini aku merasakan nikmat seperti ini, luar biasa" kata Mbak Yuni.
Ia lalu bercerita bahwa selama bersama suaminya ia tidak pernah mendapatkan kepuasan, karena mereka hanya sebentar saja bercumbu dan dalam bercinta suaminya cepat selesai.
"Mbak sekarang giliranku" kubisikkan ditelinganya, Mbak Yuni mengangguk kecil.
Aku mulai mencumbunya lagi. Kulakukan seperti tadi, mulai dari bibirnya yang kulumat, lalu buah dadanya yang aku nikmati, tak lupa jari-jariku kupermainkan di dalam memeknya.

"Aarghh.. emhh.. ooh.." terdengar Mbak Yuni mulai mendesah-desah lagi tanda ia telah terangsang.
Setelah aku rasa cukup, aku ingin segera merasakan bagaimana rasanya menusukkan burungku ke dalam memeknya. Aku mensejajarkan tubuhku diatas tubuhnya dan Mbak Yuni tahu, ia lalu mengangkangkan pahanya dan kuarahkan burungku ke memeknya. Setelah sampai didepannya aku ragu untuk melakukannya.

"Ayo Ris jangan takut, masukin aja" kata Mbak Yuni.
Perlahan-lahan aku masukkan burungku sambil kunikmati, bless terasa nikmat saat itu. Burungku mudah saja memasuki memeknya karena sudah sangat basah dan licin. Kini mulai kugerakkan pinggulku naik turun perlahan-lahan. Ohh nikmatnya.

"Lebih cepat Ris arghh.. emhh" kata Mbak Yuni terputus-putus dengan mata merem-melek.
Aku percepat gerakanku dan terdengar suara berkecipak dari memeknya.
"Iya.. begitu.. aahh.. ter.. rrus.. arghh.." Mbak Yuni berkata tak karuan.
Keringat kami bercucuran deras sekali. Kulihat wajahnya semakin memerah.
"Ris, Mbak mau.. enak lagi.. oohh.. ahh.. aahh.. ahh.." kata Mbak Yuni sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar dan kurasakan memeknya dipenuhi cairan hangat menyiram penisku.

Remasan dinding memeknya begitu kuat, akupun percepat gerakanku dan.. croott.. akupun mencapai klimaks aahh.., kubiarkan air maniku keluar di dalam memeknya. Kurasakan nikmat yang luar biasa, berkali-kali lebih nikmat dibandingkan ketika aku onani. Aku peluk tubuhnya erat-erat sambil mengecup puting susunya menikmati kenikmatan sex yang sesungguhnya yang baru aku rasakan pertama kali dalam hidupku. Setelah cukup kumenikmatinya aku cabut burungku dan merebahkan badanku disampinya.

"Mbak Yuni, terima kasih ya.." kubisikkan lirih ditelinganya sambil kukecup pipinya.
"Mbak juga Ris.. baru kali ini Mbak merasakan kepuasan seperti ini, kamu hebat" kata Mbak Yuni lalu mengecup bibirku.
Kami berdua lalu tidur karena kecapaian.

Kira-kira jam 3 pagi aku terbangun dan merasa haus sekali, aku ingin mencari minum. Ketika aku baru mau turun dari ranjang, Mbak Yuni juga terbangun.
"Kamu mau kemana Ris.." katanya.
"Aku mau cari minum, aku haus. Mbak Yuni mau?" Kataku.
Ia hanya mengangguk kecil. Aku ambil selimut untuk menutupi anuku lalu aku ke dapur dan kuambil sebotol air putih.
"Ini Mbak minumnya" kataku sambil kusodorkan segelas air putih.
Aku duduk di tepi ranjang sambil memandangi Mbak Yuni yang tubuhnya ditutupi selimut meminum air yang kuberikan.

"Ada apa Ris, kok kamu memandangi Mbak" katanya.
"Ah nggak Papa. Mbak cantik" kataku sedikit merayu.
"Ah kamu Ris, bisa aja, Mbak kan udah tua Ris" kata Mbak Yuni.
"Bener kok, Mbak malah makin cantik sekarang" kataku sambil kukecup bibirnya.
"Ris.. boleh nggak Mbak minta sesuatu" kata Mbak Yuni.
"Minta apa Mbak?" tanyaku penasaran.
"Mau nggak kamu kalau.." kata Mbak Yuni terhenti.
"Kalau apa Mbak?" kataku penuh tanda tanya.
"Kalau.. kalau kamu emm.. melakukannya lagi" kata Mbak Yuni dengan malu-malu sambil menunduk, terlihat pipinya memerah.
"Lho.. katanya tadi, sekali aja ya Ris.., tapi sekarang kok?" kataku menggodanya.
"Ah kamu, kan tadi Mbak nggak ngira bakal kayak gini" katanya manja sambil mencubit lenganku.
"Dengan senang hati aku akan melayani Mbak Yuni" kataku.

Sebenarnya aku baru mau mengajaknya lagi, e.. malah dia duluan. Ternyata Mbak Yuni juga ketagihan. Memang benar jika seorang wanita pernah merasa puas, dia sendiri yang akan meminta. Kami mulai bercumbu lagi, kali ini aku ingin menikmati dengan dengan sepuas hatiku. Ingin kunikmati setiap inci tubuhnya, karena kini aku tahu Mbak Yuni juga sangat ingin. Seperti tadi, pertama-tama bibirnya yang kunikmati. Dengan penuh kelembutan aku melumat-lumat bibir Mbak Yuni.

Aku makin berani, kugunakan lidahku untuk membelah bibirnya, kupermainkan lidahku. Mbak Yuni pun mulai berani, lidahnya juga dipermainkan sehingga lidah kami saling beradu, membuatku semakin betah saja berlama-lama menikmati bibirnya. Tanganku juga seperti tadi, beroperasi di dadanya, kuremas-remas dadanya yang kenyal mulai dari lembah hingga ke puncaknya lalu aku pelintir putingnya sehingga membuatnya menggeliat dan mengelinjang. Dua bukit kembar itupun semakin mengeras. Ia menggigit bibirku ketika kupelintir putingnya.

Aku sudah puas dengan bibirnya, kini mulutku mengulum dan melumat buah dadanya. Dengan sigap lidahku menari-nari diatas bukitnya yang putih mulus itu. Tanganku tetap meremas-remas buah dadanya yang kanan. Kulihat mata Mbak Yuni sangat redup, dan ia memagut-magut bibirnya sendiri, mulutnya mengeluarkan desahan erotis.

"Oohh.. arghh.. en.. ennak Ris.. emhh.." kata Mbak Yuni mendesah-desah.
Tiba-tiba tangannya memegang tanganku yang sedang meremas-remas dadanya dan menyeretnya ke selangkangannya. Aku paham apa yang diinginkannya, rupanya ia ingin aku segera mempermainkan memeknya. Jari-jarikupun segera bergerilya di memeknya. Kugerakkan jariku keluar masuk dan kuelus-elus klentitnya membuatnya semakin menggelinjang tak karuan.

"Ya.. terruss.. aargghh.. emmhh.. enak.. oohh.." mulut Mbak Yuni meracau.
Setiap kali Mbak Yuni terasa mau mencapai klimaks, aku hentikan jariku menusuk memeknya, setelah dia agak tenang, aku permainkan lagi memeknya, kulakukan beberapa kali.

"Emhh Ris.. ayo dong jangan begitu.. kau jahat oohh.." kata Mbak Yuni memohon.
Mendengarnya membuatku merasa kasihan juga, tapi aku tidak akan membuatnya klimaks dengan jariku tetapi dengan mulutku, aku benar-benar ingin mencoba semua yang pernah aku lihat di bokep.

Segera aku arahkan mulutku ke selangkangannya. Kusibakkan rumput-rumpuat hitam yang disekeliling memeknya dan terlihatlah memeknya yang merah dan mengkilap basah, sungguh indah karena baru kali ini melihatnya. Aku agak ragu untuk melakukannya, tetapi rasa penasaranku seperti apa sih rasanya menjilati memek lebih besar. Segera aku jilati lubang itu, lidahku kujulurkan keluar masuk.

"Ris.. apa yang kamu lakukan.. arghh itu kan ji.. jik emhh.." kata Mbak Yuni.
Ia terkejut aku menggunakan mulutku untuk menjilati memeknya, tapi aku tidak pedulikan kata-katanya. Ketika lidahku menyentuh kelentitnya, ia mendesah panjang dan tubuhnya menggeliat tak karuan dan tak lama kemudian tubuhnya bergetar beberapa kali, tangannya mencengkeram sprei dan mulutku di penuhi cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.

"Ohmm.. emhh.. ennak Ris.. aahh.." kata Mbak Yuni ketika ia klimaks.
Setelah Mbak Yuni selesai menikmati kenikmatan yang diperolehnya, aku kembali mencumbunya lagi karena aku juga ingin mencapai kepuasan.

"Gantian Mbak diatas ya sekarang" kataku.
"Gimana Ris aku nggak ngerti" kata Mbak Yuni.

Daripada aku menjelaskan, langsung aku praktekkan. Aku tidur telentang dan Mbak Yuni aku suruh melangkah diatas burungku, tampaknya ia mulai mengerti. Tangannya memegang burungku yang tegang hebat lalu perlahan-lahan pinggangnya diturunkan dan memeknya diarahkan ke burungku dan dalam sekejap bless burungku hilang ditelan memeknya. Mbak Yuni lalu mulai melakukan gerakan naik turun, ia angkat pinggangnya dan ketika sampai di kepala penisku ia turunkan lagi. Mula-mula ia pelan-pelan tapi ia kini mulai mempercepat gerakannya.

Kulihat wajahnya penuh dengan keringat, matanya sayu sambil merem melek dan sesekali ia melihat kearahku. Mulutnya mendesis-desih. Sungguh sangat sexy wajah wanita yang sedang dikuasai nafsu birahi dan sedang berusaha untuk mencapai puncak kenikmatan. Wajah Mbak Yuni terlihat sangat cantik seperti itu apalagi ditambah rambut sebahunya yang terlihat acak-acakan terombang ambing gerakan kepalanya. Buah dadanya pun terguncang-guncang, lalu tanganku meremas-remasnya. Desahannya tambah keras ketika jari-jariku memelintir puting susunya.

"Oh emhh yaah.. ohh.." itulah kata-kata yang keluar dari mulut Mbak Yuni.

"Aku nggak kuat lagi Ris.." kata Mbak Yuni sambil berhenti menggerakkan badannya, aku tahu ia segera mencapai klimaks.
Kurebahkan badannya dan aku segera memompa memeknya dan tak lama kemudian Mbak Yuni mencapai klimaks. Kuhentikan gerakanku untuk membiarkan Mbak Yuni menikmati kenikmatan yang diperolehnya. Setelah itu aku cabut penisku dan kusuruh Mbak Yuni menungging lalu kumasukkan burungku dari belakang. Mbak Yuni terlihat hanya pasrah saja terhadap apa yang aku lakukan kepadanya. Ia hanya bisa mendesah kenikmatan.

Setelah puas dengan posisi ini, aku suruh Mbak Yuni rebahan lagi dan aku masukkan lagi burungku dan memompa memeknya lagi karena aku sudah ingin sekali mengakhirinya. Beberapa saat kemudian Mbak Yuni ingin klimaks lagi, wajahnya memerah, tubuhnya menggelinjang kesana kemari.

"Ahh.. oh.. Mbak mau enak lagi Ris.. arrghh ahh.." kata Mbak Yuni.
"Tunggu Mbak, ki kita bareng aku juga hampir" kataku.
"Mbak udah nggak tahan Ris.. ahh.." kata Mbak Yuni sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar hebat, pinggulnya terangkat naik. Cairan hangat menyiram burungku dan kurasakan dinding memeknya seakan-akan menyedot penisku begitu kuat dan akhirnya akupun tidak kuat dan croott.. akupun mencapai klimaks, oh my god nikmatnya luar biasa. Lalu kami saling berpelukan erat menikmati kenikmatan yang baru saja kami raih.

E N D

Sensasiku di dalam Bis Kota

Hari sudah sore ketika aku tiba di terminal Lebak Bulus. Hari itu hari terakhirku menjadi bujangan. 4 hari lagi, aku akan menikahi Mei, kekasihku selama 6 tahun. Hari ini aku pulang ke Jogja, ke tempat kelahiranku untuk bertemu dengan keluarga.


Hidupku sungguh sempurna. Tepat setelah aku lulus dari kuliah, aku mendapatkan kerja yang cukup nyaman di sebuah perusahaan telekomunikasi cukup besar daerah Jakarta Selatan. Tinggal jalan kaki ke Pondok Indah Mall. Mei, calon istriku, kemudian menyusul ke Jakarta dan bekerja di sebuah bank di Bintaro. Perjalanan cinta kami bisa dibilang cukup mulus. Benar-benar sebuah hidup yang sempurna. Aku pun bukan orang yang aneh-aneh. Aku dibesarkan dalam keluarga yang cukup religius dan sangat teratur. Sepanjang sejarah kehidupanku, bisa dihitung berapa kali aku melanggar aturan atau norma. Kenakalanku paling besar hanyalah minum tomi (topi miring in case you're wondering) dan sedikit magadon, waktu acara naik gunung di SMA. Tapi itu dulu.

Hampa kadang terasa. Hidup serasa jalan tol, tanpa rintangan, mulus tanpa gejolak, penuh aturan. Kadang aku ingin, sekali-kali memberontak, melanggar aturan. Sekali dalam seumur hidup.

Aku beranjak di tengah kerumunan calo-calo untuk mencari busku. Sumber Alam. Langgananku selama 2 tahun terakhir.

"Mbak, Sumber Alam yang Bisnis belum datang ya?" tanyaku kepada seorang petugas loket. Manis juga. Item manis sih tepatnya.
"Dereng mas, jogja ya? Mangke setengah jam malih ...," Lho, kok bahasa jawa?
"Nuwun nggih mbak."

Aku duduk menunggu. Asap bus benar-benar menyesakkan. Aku merasakan diriku sesak napas. dari dulu memang aku tidak pernah suka keramaian dan kesesakan Jakarta. Tapi kepepet sih, harus cari upa ("cari nasi") di Jakarta.

Tak lama kemudian bis itu datang juga. AB 7766 BK. Aku bergegas naik. 14A. dua tempat duduk. Aku sengaja mencari tempat duduk persis di bawah AC. Biar bisa tidur lelap. Aku segera menutup mata. Mengurangi kebisingan akibat lalu lalang orang mencari tempat duduk.

"Mas, mas, maaf ...," ada suara merdu rupanya. Aku membuka mataku.
"Maaf, apa boleh tukeran sama suami saya? Suami saya dapat tiket tempat duduk di seberang. Soalnya beli tiketnya baru aja tadi."

Aku melihat ibu yang menyapa tadi. Kemudian melihat suaminya yang tersenyum mengangguk kepadaku di seberang kursi kami, menggendong anak yang kira-kira berusia 5 tahun.

"Aduh, bu, maaf, bukannya saya tidak mau, cuman memang saya sengaja memilih tempat di bawah AC ini bu. Maaf ya," jawabku agak keberatan. Bukannya apa-apa, tapi aku paling tidak suka diganggu dengan masalah orang yang telat membeli tiket seperti pasangan ini.

Ibu itu cemberut. "Ya sudahlah pa, kita ngalah aja. Aku duduk di sampingnya mas ini aja."

Whatever. aku kembali menutup mataku.

Perjalanan ini sesungguhnya bakal menyenangkan, kalau tidak harus mendengar rengekan anak 5 tahun yang sepertinya tidak pernah diam itu. Belum lagi suara ibu-ibu di sebelahku ini, yang ya ampun, cerewetnya. Aku jengkel banget.

Hujan mulai turun. Airnya menetes membentuk alur di kaca jendelaku. Masih terjebak di Cawang. Sial.

Untung Cikampek tidak macet. Kendaraan mulai menderu, bertambah cepat. Kulihat tebaran warna hijau ditimpali air hujan yang begitu deras di sebelah kiri jalan tol. Suara air hujan menderu keras sekali di atas atap. Orang-orang sudah mulai menampakkan kantuk, dan sepertinya suasana menjadi begitu sepi. Uh, begitu romantis. Kalau saja Mei di sampingku, pasti kepalanya sudah bersandar di bahuku, dan tangannya memeluk lenganku. Kalau saja ....

Aku memandang ke samping. Ibu itu kini sedang sibuk memberikan makan kepada anaknya. Si bapak sedang sibuk dengan PDAnya. Tipikal keluarga Jakarta, berumur di akhir 30an dan baru saja mempunyai anak. Tampaknya keluarga berada. Tapi ngapain naik bis ya? Ah, peduli amat.

Aku kembali menutup mataku. Hari berangsur gelap.

"Pengumuman, bapak ibu. Mohon maaf bahwa ada kerusakan teknis yang menyebabkan lampu tidur tidak dapat menyala," kata kenek bus itu mengagetkan aku.

"huuuuu," para penumpang menyahut serentak. Sip. aku paling tidak suka lampu tidur yang remang remang. Aku paling suka gelap. Tidurku pasti nyenyak malam ini. Perjalanan yang panjang menuju Yogyakarta.

------------

Aku melirik jamku. Jam 9 malam. Semua orang tampaknya sudah terlelap. Tidak terkecuali ibu dan anak di sampingku. Bus tadi baru saja berhenti di tempat makan. Orang-orang makan malam dan ke belakang. Pasti mereka kekenyangan, dan acara yang paling menyenangkan setelah makan adalah tidur. Hujan masih turun, rintik-rintik. Aku melanjutkan tidurku.

Tidak berapa lama aku terlelap, aku merasakan kaki anak di sebelahku menyentuh kakiku. Sialan. Itu berarti sepatu anak itu kena celanaku. Aku menggeser-geserkan kakiku agar kaki anak itu tidak menekan celanaku. Tentu saja dengan mata terpejam. Tidak disangka, kaki itu balas menggesek. Eee, kurang ajar. Aku segera membuka mataku untuk menegur orang tuanya. Aku terkejut.

Ternyata itu bukan kaki anak kecil. Itu kaki orang dewasa. Kaki ibu itu. Si anak ternyata sudah tidak ada di pangkuan dia. Kemungkinan ada di pangkuan si bapak. Aku segera menutup mataku, pura-pura tidur. Perasaanku mengatakan ada sesuatu yang lain yang akan terjadi. Aku kembali menggesekkan kakiku, menunggu responsnya. Dan ibu itu balas menggesek. Aku sedikit membuka mataku. Kilatan cahaya dari luar bus memberikan sedikit penglihatan mengenai ibu di sampingku. Matanya juga terpejam ternyata.


Tiba-tiba ibu itu menggeser sedikit tubuhnya. Ya, kearahku. Kami berdua menjadi duduk berdempetan. Sisi samping kananku menempel pada bagian kiri tubuhnya. Harum rambut dan parfumnya mulai merasuki hidungku. Aku mulai terangsang.

Aku mencoba untuk lebih berani. Tubuhku aku condongkan sedikit ke depan, dan kemudian aku bergeser ke arahnya. Sehingga posisi saat itu, lenganku tepat di depan dadanya. Tubuh itu diam saja. Lenganku kemudian ku tekan sedikit ke belakang, sehingga aku bisa merasakan sesuatu yang begitu empuk. Ya, payudaranya. Payudaranya besar. Aku bisa merasakan volumenya ketika lenganku menggeseknya. Dan sangat empuk. Sikuku kemudian membuat gerakan melingkar di dadanya. Pelan sekali, sikuku bergerak. Aku tidak mau membuat ia berpikir macam-macam dan kemudian menamparku.

Tubuh itu diam saja. Kulirik matanya. masih terpejam. Tapi aku mendengar dia menghela napas. Jadi ia terangsang. Aku? sangat terangsang. Aku merasakan dadaku berdentum-dentum. Kepalaku berputar-putar karena aliran darah yang sangat cepat ke otakku. Aku bisa mendengar degup jantungku di telingaku sendiri. Aku akan melakukan dosa. 4 hari sebelum pernikahanku. Sepanjang sejarah hidupku. Tapi perasaan itu, nafsu itu, benar-benar membuat aku tidak tahan .....

lenganku terdiam sebentar dari kegiatan menggesek dadanya. Yang lebih mengejutkan lagi, tangan ibu itu mulai mengelus pahaku. ya, pahaku yang dibalut celana panjang kain warna coklat. Tangannya sangat perlahan mengelus kakiku dari mulai pangkal paha sampai atas lutut. Aku gemetar. Sangat gemetar. Aku tidak tahan ......

Sekarang posisiku berubah. Aku membuka tas dan mengambil sweater. Aku sudah memakai jaket tentu saja, karena aku tidur di bawah AC. tapi sweater tadi untuk maksud lain. Sweater tadi kemudian aku tutupkan di atas dadaku, dan kemudian tanganku kulipat. Apabila dililhat dari jauh, seperti orang yang tangannya kedinginan karena AC. Tapi bukan itu alasannya. Aku beringsut lagi mendekati tubuhnya. Tangan ibu itu masih mengelus pahaku. Kami berpandangan sebentar. Lucunya, setelah itu kami berdua kembali bersender pada tempat duduk kami dengan mata terpejam. Tanganku mulai beraksi. Tangan kiriku yang tadi dilipat mulai bergerak ke arah dadanya. Sangat pelan. Tangan itu mulai menyusuri bukit indah yang tertutup kain, mulai dari tepi. Aku sangat menghayati momen itu. Pelan-pelan kuelus bukit indah itu, dari tepi ke kanan. Sedikit ku remas, tapi tidak banyak. Aku tidak mau menyakiti bukit indah itu. Sungguh, ibu itu mempunyai dada yang sempurna. Besar, dan sangat kenyal. Aku merasakan bahwa dia memakai BH yang berenda. Aku membayangkan bentuknya. Mungkin warnanya hitam. Atau merah. Dan rendanya sedikit tembus pandang. Mungkin cupnya cuma setengah. Mungkin cupnya tidak bisa menahan volume payudara sebesar itu. Oooh, aku semakin terangsang.


Ibu itu mengenakan baju jeans terusan dengan bawahan rok dengan kancing dari dada sampai di lutut. Kain jeansnya untungnya kain yang lemas, sehingga aku bisa merasakan tekstur renda BHnya. Sangat merangsang. Aku melirik sedikit ke arah dia. Dia masih terus mengelus pahaku. Aku tidak sabar. Tangan kananku yang nganggur kemudian memimpin tangannya ke penisku yang sudah tegang. Aha, dia mengerti. Kemudian dia berlanjut mengelus kontur penisku dengan jari telunjuk dan jempolnya yang tercetak jelas di dalam celanaku. OOoh, mantab.

"Besar .....," desisnya. Matanya tetap terpejam. Mataku juga.

Aku melanjutkan kenakalanku. Kali ini, dua kancing tepat di depan dada besar itu aku buka. Dengan susah payah. Pernah membayangkan membuka kancing-kancing besar pada kain jeans? Yup, susah sekali. Akhirnya dia turun tangan. Tangannya kanannya membantuku membukanya.

Tanganku kemudian masuk pelahan ke dalam bajunya, untuk merasakan keindahan payudara di baliknya. Bayanganku memang menjadi kenyataan. BH setengah cukup yang terlalu kecil, dengan renda yang sangat merangsang. Aku suka sekali renda, terutama apabila renda itu ada di tempat yang tepat. BH dan celana dalam. Aku kembali mengelus dadanya. SEkarang aku sedikit meremasnya. Sensasinya benar-benar luar biasa. Dia mendesis. Kepalaku berdentum-dentum. Jantungku berdebar sangat keras.

"Buka," bisikku lirih. Mungkin tidak terdengar. Tapi aku tidak mau mengambil resiko terdengar. Apalagi oleh suaminya yang hanya duduk 50 cm di seberangnya. Ternyata dia mendengar. Dia berhenti mengelus penisku, membungkukkan sedikit badannya, dan kemudian berusaha melepas kait BHnya di belakang. Agak lama dia membukanya. Selagi dia membuka BHnya, pelahan aku menarik ritsleting celanaku ke bawah. Pelaaan sekali. Setelah itu, aku memelorotkan celana dalamku. Tidak melorot sih sebenarnya. Cuman mengaitkan kolornya ke bagian bawah penisku. Tidak nyaman memang. Tapi sekarang penisku bisa bebas mengacung menunjuk langit. Menanti elusannya.

Sepertinya kait BHnya sudah lepas. Tangan dia sepertinya cerdas, kembali mencari sasarannya yang tadi lepas. Dan dia tidak kaget, kali ini penisku sudah tegak menjulang, keluar dari celana. Kemudian dia seperti terkejut dan kemudian menarik tangannya dan kemudian melipatnya di depan dada. Pura-pura tidur, sambil menutupi dua kancing dadanya yang sudah terbuka lebar.

Sial. ada orang mau ke toilet. dia berjalan melangkah dari depan. Untung aku ada sweater yang bisa menutupi si "burung" nakal. Aah, seorang wanita. Bakalan lama nih. Jantungku berdegup keras.

Lama sekali orang itu di toilet. Aku mulai tidak sabar. Penisku sudah mulai menyusut. ya iyalah, baru juga pemanasan. Kepotong deh. ....

Akhirnya wanita itu lewat juga di di samping kami. Uuuh, lega. Tangan ibu itu mulai duluan, menyusup di bawah sweater, mencari "adikku" yang mulai tegang lagi. hmmm. Tangannya sungguh mulus, dan sentuhannya, benar-benar nikmat. Dia tahu betul cara merangsang penis dengan sentuhan. Sentuhan itu ringan, seperti melayang. Dia tidak meremas, atau menggosok terlalu keras. semuanya serba ringan dan melayang. Dan itu membuatku melayang.

Tanganku juga tidak mau kalah, seperti mempunyai mata sendiri yang bergerak mencari sasarannya. Si bukit kembar yang kenyal. Dan tangan itu menemukan sasarannya. Dada itu benar-benar lembut. Mulus tak bercela. Aku meresapi setiap jengkal usapan tanganku di dadanya. Meremas pangkal dadanya. Memilin putingnya. Putingnya. Putingnya runcing, ukurannya luar biasa, sepanjang buku jari telunjukku. Dan keras. Sangat keras. Sperti penis kecil. Aku memilinnya. lagi. Dan dia mendesis.

"jangan keras-keras," bisiknya sangat lirih. AKu mengerti. Aku meremas, memilin, mengelus tanpa henti. Benar-benar nikmat.


Tapi tetap ada yang kurang. Kami berdua tidak terpuaskan. Penisku tetap tegang luar biasa. Dan rasanya mulai sakit sekarang. berdenyut-denyut ga karuan. Tangannya masih tetap mengelus penisku, tapi sungguh, tangan itu tidak mampu membuat aku nikmat terus-menerus. Dia mengerti hal itu.

"Ke bawah ....," bisiknya sambil mengarahkan tanganku yang tadi ada di dadanya ke arah bawah. Aku langsung tanggap. Tanganku berubah posisi, mengelus pahanya yang tertutup kain jeans. Tidak berasa memang. Tapi dari gerakan tubuhnya aku tahu, dia sangat terangsang. Dia berulangkali menggerakkan tubuhnya, seolah menikmati betul elusan tanganku di pahanya. Pelan-pelan aku naik sedikit ke atas, tepat di gundukan di bawah pusar itu. Dia menahan tanganku.

"Jangan ... "

Aku nekat.

"Jangan ..." Ok. Aku turuti. Aku kembali mengelus pahanya. Kali ini tanganku lebih berani. Kupegang ujung roknya dan kunaikkan sedikit ke atas. Dia tidak menolak. Aku kembali mengelus pahanya. Hhhm, sungguh mulus. Benar-benar mulus. Aku merasakan bulu-bulu halus di telapak tanganku. Dia terengah-engah. Tangannya sejak dari tadi berhenti mengelus penisku. Tak apa. lebih baik begitu daripada menyiksa "adikku" yang sudah tegang luar biasa.

Aku tiba-tiba menghentikan elusanku dan menarik tanganku. Kemudian memandang ke arah dia. Matanya bertanya. Menanyakan mengapa aku menghentikan itu.

"Aku mau itu," bisikku mendekat di telinganya, sambil menunjuk ke arah gundukan tempat vaginanya berada.

Dia menggeleng. Aku kemudian berpura-pura tidur. Memejamkan mata.

Lama sekali. Mungkin 5 menit, mungkin kurang dari itu. Tangannya menarik tanganku dan mengarahkannya ke tempat yang aku inginkan. Hehehehe, aku menang. Dia tidak tahan. Tanganku sudah berada tepat di atas gundukan itu. Dia membuka kancing bajunya tepat di area itu. Tanganku bergerak mencari celana dalamnya. Dapat.

Jelas, ini sutra. Atau Satin? aku tidak peduli. bahan kain celana dalamnya halus sekali. aku merabanya. memastikan. Terus ke bawah, dan kutemukan apa yang kucari. Sesuatu itu sudah basah. Pasti basah, karena aku merasakannya dengan tanganku. Tanganku berhenti di situ. Merasakan bentuknya. Sedikit bergelombang. Aku merasakan lipatan vertikal. Bulu-bulu halus di sekitarnya. Cukup tebal. dan sangat basah. Aku tersenyum kembali. Penuh kemenangan. Jari tengahku kemudian mengelus lipatan basah itu. Pelan, tapi sedikit menekan. Dia mendesis. Oh tidak. Dia melenguh. Tetap memejamkan matanya.

Aku makin berani. Celana itu aku pegang elastisnya. dan aku turunkan ke bawah. Dia memegang tanganku. Aku tetap berkeras. Dia menyerah.

Kembali jari tengahku mencari tempat tadi. Jari itu mencari sumber kenikmatan seorang wanita. Sebuah penis kecil yang sudah amat basah. Aku menggoyangnya pelan dengan jariku. Kemudian mengelusnya. Kemudian menekannya. Tubuhnya menegang.

Aku kembali mengelusnya. Pelan dan sedikit menekan. Pelan dan sedikit menekan. Tempat itu terasa lebih basah daripada sebelumnya. Jariku masuk lebih ke dalam. Merasakan lipatan lain di dalam yang sangat basah. Benar-benar basah. Rongga itu seperti tidak berujung. Kemudian jariku kugerakkan. ke dalam dan ke luar. Berulangkali.

Aha, aku merasakan jariku seperti tersedot ke dalam. Ada sesuatu yang mencengkeram. Dan rasa itu kembali membuatku terangsang. Aku terus menggerakkan jariku. Semakin cepat. Tiba-tiba jariku seperti ditumpahi cairan hangat. kental. Dia terengah-engah. Tubuhnya menegang. Kali ini cukup lama. Aku terus menggerakkan jariku. Dia kemudian menahan tanganku. Aku menurut. Aku memandangnya.

Matanya terpejam. Seperti menghayati sesuatu. Mungkin orgasme. Dadanya naik turun, terengah-engah seperti habis lari kencang. Kancing masih terbuka.

"Apa kau ..?"
"Ya ... . Luar biasa ...," bisiknya, memandang kepadaku. Oooh, senyumnya manis sekali. Matanya yang bulat besar memantulkan kilatan cahaya neon di luar bus.

Dia memandang ke bawah tubuhku.
"Kasihan ya,..." senyumnya menunjuk ke "adikku". Ya iyalah. "adikku" tidur nyenyak sementara dia sendiri terpuaskan. Paling tidak dengan jariku.

"ga papa ..."
Kami berdua terdiam. Menghayati momen-momen gila tadi. Kedua mata terpejam. Hawa dingin AC menyergap. Aku melirik jamku. 2 dinihari. Dan kemudian bus berhenti. cukup lama. Orang-orang sepertinya tidak peduli. tetap mereka tertidur nyenyak, padahal AC mati.

Aku memandang "partner"ku. Matanya terpejam. Bajunya sudah dikancingkan. Lengkap. Aku pun bergerak membetulkan celanaku.

"Jangan ....," katanya sambil menahan tanganku yang hendak menarik ritsleting. Oh, dia ternyata melirikku. Ok. Aku menurut. Aku ingin tahu apa yang ingin dia lakukan. Aku hanya menutupnya kembali dengan sweater. Temperatur udara dalam bis mulai panas. Keringatku mulai menetes dari kening.

Akhirnya bus berjalan. AC mulai berhembus lagi. Sejuk. Aku memejamkan mata lagi.

"Buka matamu, awasin ...."

Aku tidak mengerti. aku membuka mataku. Tiba-tiba dia membungkuk.

Gilaaaa. Aku merasakan bibir mungilnya menyentuh kepala "adikku". Ringan sekali. Aku mengerti maksudnya. Mengawasi sekeliling supaya tidak ada seseorang pun memergoki aksi gila ini. Penisku mulai hidup lagi. Gila mungkin, tapi aduuuh, memang nikmat. Kurasakan bibirnya mulai menciumi kepala penisku. Ohh, bibirnya mulai membuka dan memasukkan kepala penisku ke mulutnya. Penisku mulai masuk ke dalam mulutnya. Dan pelan-pelan mulut itu mulai menghisap. Adduh, sakit.

"Jangan keras-keras ...," aku berbisik sambil membelai rambutnya. Membelai rambutnya? iya, seperti layaknya pacar saja. Dia kembali melanjutkan kulumannya. Kali ini pelan-pelan. Naik turun. Naik turun. Nikmat tak terkira.

Tampaknya dia sudah sering melakukan ini. Mulutnya bagaikan sebuah mesin handal perangsang penis. Setelah selesai menghisap, dia berhenti sebentar, dan kemudian menjilat bagian bawah kepala penisku. Tidak cuma menjilat, lidahnya juga bergetar ketika bergerak menyusuri daging itu.

"Ooohhh ..," kali ini aku terpaksa harus melenguh. Ini nikmat sekali. Dia tahu sekali kelemahan "adikku". Bagian itu kemudian digigitnya dengan bibirnya. Siall, makin nikmat. Lagi-lagi digigitnya dengan bibirnya. Kalau begini terus, aku pasti tak tahan. Gelliiii.

Kemudian mulutnya kembali mengulum. Naik turun. Yang aku heran, penisku bisa masuk semua ke mulutnya. Wooa, sensasinya benar-benar luar biasa. Telaten sekali dia. Mulutnya kemudian berpindah ke .... bolaku. Menciumnya sebentar, kiri dan kanan, dan kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya. Ohhhh..... . Ketika mengulum bolaku, kurasakan lidahnya menari-nari di dalam mulutnya.

Aku yang ga telaten. Kurasakan nikmatku semakin memuncak. Tidak tahan lagiiiiiiiii .....

"Aku mau ...."

Mulutnya berpindah ke kepala penisku. Mengulumnya lagi. naik turun. Tangannya mengocok pangkal penisku. Pelan tapi erat.

"Aaaahhhhh ..."

Ujung penisku berkedut. Sekali. Kurasakan aliran sperma ke mulutnya. Dua kali. Tiga kali. Empat kali. Selama itu pula mulutnya tetap mencengkeram kepala penisku. Aku ejakulasi. Di dalam mulut seorang ibu. Orang asing. Aku bahkan tidak tahu namanya.

Dia memandangku. Tatapan itu ....

"Makasih ....," hanya itu yang terlontar dari mulutku. Dia bangkit, kemudian tersenyum kepadaku. Sekilas kulihat bekas sperma di pinggir bibirnya. Aku mengangkat tanganku, membersihkannya.

Kami berdua terpejam.


Pagi menjelang. Orang-orang sudah sibuk ngobrol. Isi bus kembali ramai. Aku? masih terlelap. Atau pura-pura? Setelah kejadian malam tadi, aku sama sekali tidak berani untuk menatap ibu di sampingku. Bahkan mengajak bicara pun tidak berani. Kurasa dia juga begitu. Kudengar dia sibuk dengan anaknya, sambil bicara dengan suaminya seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa antara aku dan dia. Sepanjang jalan ku membuang muka, menatap pemandangan di luar jendela bus.

Pesta bujanganku kurasa.

Pukul 6.30. Orang-orang sudah mulai turun bus. Sudah sampai Sedayu. Berarti sebentar lagi masuk kota. Keluarga di sampingku bangkit. Oh, mereka mau turun.

"Mas, duluan, mas ...," kata suaminya ramah, ditimpali ibu itu. Aku terpaksa menoleh ke arah mereka. Baru kusadari sekarang. Ibu itu sangat manis. Aku merasa berterimakasih padanya.

"Oiya, monggo monggo," sahutku.

Mereka turun dari bus. Bus semakin sepi mendekati terminal Giwangan. Ada secarik kertas kecil di bekas tempat duduk ibu tadi. Aku memungutnya. Penasaran. ternyata di kertas itu tertulis nama ibu dan no telepon y...wah ada kesempatan lagi ni he..he2..

Paling Enak 69

Hari itu di sebuah sekolah nampak semua murid sedang sibuk belajar di kelas mereka masing-masing. Sedangkan disudut bangunan sekolah itu tepatnya tempat parker khusus untuk kepala sekolah yang dikelilingi pagar tembok dengan pintu masuk dari kayu yang telah tertutup rapat, nampak pula kesibukan lainnya didalamnya. Nampak didalam sebuah mobil yang berada disitu berada dalam keadaan mensin menyala tanda AC-nya sedang dinyalakan. Rupanya sang empunya kendaraan tersebut yaitu pak Kepala Sekolah tengah sibuk di dalam mobilnya. Hujan deras seakan-akan berpihak dan membantu menyembunyikan kebejatannya di dalam mobilnya. Seorang murid cantik berjilbab yang tak lain tak bukan si Farida, kembali menjadi bulan-bulanan kebuasan si Kepala Sekolah. Dengan wajah pasrah, siswi cantik berjilbab yang dijemput tadi saat berangkat sekolah, hanya bisa diam menerima serbuan mulut dan tangan bejat sang Kepsek yang dengan buasnya menggerayangi setiap sudut tubuhnya. Farida yang masih berseragam putih lengan panjang dengan rok abu-abu panjang semata kaki lengkap dengan jilbab putihnya itu terlihat memejamkan kedua matanya sembari berbaring di jok mobil.
Murid cantik berjilbab itu menurut saja ketika Pak Kepsek menariknya ke bangku belakang. Dengan kasar pria itu menekan bahu muridnya yang cantik berjilbab itu agar berbaring terlentang. Farida, sang siswi cantik berjilbab tersebut kini terlentang tanpa daya, sementara tangan Pak Kepsek kembali merayap ke arah dadanya yang masih tertutup oleh hem putih OSIS lengan panjangnya.  Farida  hanya mendengus pelan tanda pasrah sambil memalingkan wajahnya, seolah ia tidak tahan menatap wajah mesum Pak Kepsek yang tersenyum-senyum senang. Kedua tangannya mengepal rapat ketika merasakan remasan-remasan tangan Pak Kepsek. Pria bejat itu hanya tersenyum memaklumi, walau sudah pernah menyetubuhinya secara paksa namun Farida masih belum dapat sepenuhnya mengenal arti dari kenikmatan hubungan seks waktu lalu. Jemari lelaki itu mulai melepaskan kancing baju seragam putih lengan panjang OSIS Farida, satu demi satu.
Kemudian lelaki itu mulai mencumbui leher Farida yang tertutup oleh jilbab putihnya. Semerbak wangi dari tubuh siswi berjilbab itu membuat birahi si Kepsek perlahan bertambah naik. Dengusan nafas Icha semakin kuat kala ketika cumbuan lelaki itu semakin turun ke arah dadanya.
“Hemmhh….. ”, bunyi dengusan nafas siswi cantik berjilbab itu saat tangan pria itu menyusup kebalik branya. Tubuh Farida agak tersentak merasakan telapak tangan Pak Kepsek yang kasar bergesekan dengan permukaan payudaranya yang lembut dan halus. Refleks sebelah tangannya menutupi wajahnya seolah untuk menutupi raut mukanya yang merasa malu diperlakukan seperti itu.
“He he he, ayo dong sayang. kamu jangan sok malu gitu dong. Bapak cuma ingin memberikan kenikmatan untuk kamu, apa itu salah ??”, kekeh pria bejat itu sembari tangannya semakin aktif meremas-remas payudara Farida. Gadis berjilbab yang hanya bisa pasrah pada nasibnya itu hanya sekedar berusaha agar dapat menerima rangsangan dari perlakuan Pak Kepsek itu.
Pikiran siswi berjilbab itu sedang berkecamuk, berbagai perasaan saling bertabrakan, ia menghela nafas lega ketika Pak Kepala Sekolah menarik kedua tangannya dan untuk sesaat ia berusaha menguasai diri.
“Heehhhhh……,” tarikan nafas Farida panjang ketika tangan Pak Dion menyusup masuk ke dalam rok abu-abu semata kakinya dan membelai pahanya sebelah dalam. Dirasakannya tangan laki-laki itu asyik mengelus – ngelus pahanya, permukaan telapak tangan itu begitu kasar tapi enak sekali rasanya ketika mengelus-ngelus permukaan pahanya, nafas siswi SMU berjilbab itu tertahan di dadanya ketika merasakan telapak tangan Pak Kepsek tiba-tiba meremas selangkangannya.
Tangan Pak Kepsek yang satunya lagi menyibakkan dan mengangkat rok abu-abu semata kakinya ke atas hingga sebatas pinggang. Lalu jari tangan Pak Kepsek menekan-nekan permukaan celana dalamnya di bagian bibir vaginanya , terkadang jari Pak Kepsek bergerak menggesek-gesek belahan vagina Farida yang semakin basah. Lalu dengan tanda mulai basahnya celana dalam siswi SMU berjilbab tersebut, tangan Pak Kepsek mulai menarik celana dalamnya turun. Dan sesampainyai di pergelangan kaki, dengan sekali sentak lelaki bejat itu menarik lepas celana dalam milik Icha.
“Ngghh….”, dengus Farida ketika sang Kepsek yang besar dan gemuk itu memeluk dan menghimpit tubuhnya.
Tangan kasar pria bejat itu memegang dagu sang siswi SMU berjilbab dan menolehkannya kearah wajahnya, lalu, ”Mmmmmmhhhh…..”, bunyi nafas tertahan Farida ketika mulut Pak Kepsek mencaplok bibirnya. Tubuh murid cantik berjilbab itu menggeliat kala kedua tangan pria itu membelit tubuhnya.
“Haaa.. Uhhh..hhhmmmhh…”. Sambil terus mengulum bibir Farida, tangan Pak Kepsek merayapi serta bermain-main menggerayangi pangkal pahanya.
“Ehhhh!!!!, Shaaahhhhh,,, Hhhhhaaaaa……”, desah gadis itu ketika tiba-tiba tangan Pak Kepsek mencekal kedua pergelangan kakinya dan mengangkat dan menekuknya tinggi-tinggi ke atas hampir sejajar dengan mulutnya, lalu pria itu merenggangkan kaki murid SMU berjilbab itu.
“Ouuhhh…!! ”, tubuh Farida kelojotan ketika mulut sang Pak Kepsek mencium bibir vaginanya dengan bebas.
Tubuh Farida tersentak-sentak dan murid cantik berjilbab itu berkali-kali menggeliat-geliat. Mulutnya terbuka membentuk huruf “O” disertai erangan dan rengekannya yang merdu.
“Hsssshhh… Hhhssshhhhh…..”, desis siswi cantik berjilbab itu keras ketika merasakan mulut lelaki bejat tersebut mencaploki bibir vaginanya.
“Ahhhhhh….! Ahhhhhhh……! ”, desah suara Farida tertelan oleh suara hujan yang semakin lebat sementara lidah bapak Kepsek terjulur keluar kemudian menjilat belahan vagina siswi SMU berjilbab itu. Satu jilatan lembut dan pelan itu membuatnya menggeliat resah.
“Owww…,, Ahhhhhh…., Pakkk…..”, desah Farida sambil menggelepar ketika merasakan lidah Pak Kepsek memijit-mijit tonjolan klitorisnya. Mendengar desahan-desahan muridnya yang cantik dan berjilbab itu, pria bejat tersebut semakin bersemangat memainkan lidahnya, mengorek, menjilat, memijit dan mencokel daging klitoris Farida.
Dan Farida kembali memejamkan matanya yang tadi sempat terbuka ketika Pak Kepsek mulai membuka sabuknya, menarik turun resleting celana itu dan mengeluarkan sebuah benda panjang besar yang sudah ereksi. Namun sepertinya murid cantik berjilbab itu tidak kuasa menatap wajah mesum lelaki yang akan menggagahi dirinya. Berkali-kali tubuhnya yang kini terbuka tidak tertutupi oleh seragam sekolahnya itu mengejang menahan desakan kepala kemaluan Pak Kepsek yang siap untuk menyantap liang surgawinya.
Bulu kuduk di sekujur tubuh Farida teak merinding kala merasakan gesekan-gesekan yang diiringi oleh desakan-desakan kuat pada belahan bibir vaginanya yang mulai terasa dipaksa merekah sedikit demi sedikit oleh kepala kemaluan Pak Kepsek.
“Arrrhhhhhh….., Hennnggghhhh… Ahhhhhhhh…..”, desah siswi SMU berjilbab itu kencang. Sentakan-sentakan kuat itu datang bertubi-tubi dan Farida mulai merasakan pedih, panas dan sakit mendera lubang vaginanya yang disesaki oleh batang kemaluan Pak Kepsek yang kini tertancap dengan kuat dan menekan semakin dalam.
“Ssshh….Fittt…memekkmmuhh…oohh..!”, desah lelaki bejat itu menikmati penetrasi didalam liang surgawi murid cantik berjilbab tersebut. Pria bejat tersebut betul-betul menikmati saat-saat penisnya memasuki lubang vagina itu senti demi senti.
“Ouhhhhh….ennnnggghhhh…..sshhh…!”, desis dan desah yang keluar dari mulut Farida. Ada rasa nikmat yang mulai menyelingi rasa sakit, jantung siswi SMU berjilbab itu terasa berdetak dengan lebih cepat ketika merasakan kedutan-kedutan aneh yang berasal dari dalam kemaluannya. Pandangan matanya terasa mulai lebih jernih, nafasnya memburu dengan lebih kencang, begitu lepas, dan liar berdengusan.
Entah apa yang berkedut-kedut dengan nikmat diselangkangannya, kontraksi dinding kemaluannyakah ?? Ataukah kedutan batang kemaluan Pak Kepsek??
Sulit sekali untuk dibedakan. Yang jelas Farida merasakan nafasnya berkali-kali terhembus keras ketika Pak Kepsek menjejalkan batang kemaluannya kuat-kuat. Tubuhnya terguncang dengan hebat ketika pria bejat itu semakin cepat memacu batang kemaluannya keluar masuk mengocok-ngocok jepitan lubang vagina muridnya yang cantik berjilbab itu.
“Arrngghh….”, desah Farida lanjut kala merasakan seluruh tenaganya serasa meleleh terbawa cucuran air keringat yang mendadak mengucur deras. Seragam putih abu-abu sekolahnya yang serba tersingkap itu mulai awut-awutan serta lembab oleh keringat. Begitu pula dengan jilbab putih yang dikenakannya.
Pria itu terkekeh melihat reaksi murid cantik berjilbab itu sambil menggoyangkan batang kemaluannya. Lalu ia menggerakkan batang kemaluannya mirip seperti sedang mendongkrak ke atas ke bawah, kemudian bergerak memutar seperti sedang mengaduk-aduk sesuatu.
“Heeennnnnhhh….eennnnhhhhhh….uunnnnhhhhh….”,  rengekan Farida. Matanya meram melek meresapi gerakan liar batang kemaluan Pak Kepsek di dalam jepitan lubang vagina miliknya.
Sesaat kemudian, tanpa menarik keluar penis miliknya dari dalam lubang vagina Farida, pria itu duduk dengan santai sembari tangannya menarik tubuh siswi SMU berjilbab itu agar menduduki batang kemaluannya. Lelaki bejat itu siap untuk kembali menyodok-nyodok lubang vagina muridnya yang berjilbab.
“Ahhkkkkkkkssshhhh……”, ringis Farida sambil kedua kaki melejang-lejang ketika merasakan batang kemaluan Pak Kepsek kembali menyodoki lubang surga miliknya.
Sambil menyodokkan batang kemaluannya, tangan pria itu kembali meremas-remas buah dada Farida yang tersembul keluar dari balik bra-nya. Siswi SMU berjilbab itu melenguh panjang kala merasakan sodokan-sodokan kuat si kepala sekolah bejat. Pria yang sedang keenakan menyodok-nyodok lubang vagina muridnya yang cantik berjilbab itu nampak asyik meremas-remas payudaranya hingga mengenyal semakin padat.
“Ssshhh….emmmhh….memekmmu….legith banggeth sayyanggh… Seringhh…seringghh kamu ngentot dengan bapak biarrr bappakkhh.. puasshh ohh…”, racau pria bejat itu sembarangan.
Tubuh Farida semakin sering tersentak-sentak keatas, malang sekali nasib murid cantik berjilbab yang sedang disodok oleh kepala sekolahnya ini. Dan siswi berjilbab ini hanya dapat mendesah-desah dan mendesis, terkadang mengerang lemah..
“Ohhhh……aaahhh…amphunn Pakkk aduhhhh…akkssshh”, desah Farida menggigit bibirnya ketika si  Kepsek semakin kasar dan brutal menyodok-nyodok lubang vaginanya.
“Ampunnnhh enakkkh bangethh sayyangghh?? ”, sahut pria bejat itu semakin hebat menghantamkan batang kemaluannya
“Awwww.. “, pekik siswi SMU berjilbab itu kecil. Lubang vaginanya berdenyut kuat dan nafasnya terasa putus, angannya melayang ke sebuah dunia khayalan yang dipenuhi oleh bisikan-bisikan kenikmatan.
Kini Pak Kepsek menghempaskan tubuh muridnya yang berjilbab itu agar menungging di atas kursi jok. Wajah cantik siswi SMU berjilbab itu bersujud di jok mobil menghadap pintu mobil. Sedangkan sebelah kaki Farida tertekuk di kursi jok sedangkan yang satunya lagi terjuntai menjejak ke lantai mobil. Pria bejat itu lalu menyingkapkan lagi rok abu-abu panjang semata kaki Farida yang tadi sempat jatuh menjuntai. Kini bokong indah dan bulat padat itu tidak tertutup lagi oleh rok-abu-abu panjang itu. Terlihat begitu menantang birahi pria yang berada dibelakangnya.
Lalu pria bejat itu mulai membimbing kemaluannya dengan tangan kanannya menyusuri celah pantat siswi SMU berjilbab itu hingga menempel di bibir liang surgawinya. Tangannya yang satu lagi mencengkeram sambil mengangkat sebelah bongkahan pantat yang bulat dan mulus itu.
Dengusan nafas Icha terdengar memburu sedangkan kedua tangannya nampak mencengkeram erat pingiran jok mobil. Seakan siswi berjilbab itu menanti sebuah sensasi yang akan datang dari arah belakang. Dan, “Unnnhhhh…..! ”, hanya suara itu yang keluar dari mulut Icha ketika penis Pak Kepsek menerkam liang senggamanya  dari celah pantatnya.
“Heeennnggg…emmh…eennngggghhhhhhh…”, Icha merengek-rengek ketika merasakan batang kemaluan Pak Kepsek kembali menyentak-nyentak memasuki jepitan lubang vaginanya dari tempatnya menungging. Kepala siswi yang masih mengenakan jilbab putihnya itu nampak mengangguk-angguk lemah setiap kali selangkangan pria bejat menghantam bokonganya yang bulat telanjang. Tubuhnya terhentak-hentak kedepan kala menerima sodokan Pak Kepsek. Sedangkan buah dada nan ranum itu nampak mengantung bergelayutan akibat hentakan itu.
Untuk menambah nikmatnya persetubuhan doggy style ini, sang Kepala Sekolah lalu membungkukkan tubuhnya dan memeluk Farida dari belakang seraya meremas-remas kedua buah dada siswi berjilbab itu.
Lelaki itupun menghempas-hempaskan batang kemaluannya dengan semakin kuat dan kencang. “Plak!!….plak!! “, bunyi benturan selangkangannya dengan bokong bulat siswi cantik berjilbab itu.
Kepala sekolah bejat itu tampaknya tidak peduli pada muridnya yang cantik berjilbab sedang mengerang lemah, terkadang meringis pelan ketika sang kepala sekolah meremas buah dada dan menggenjot lubang vaginanya dengan kasar.
“Awwwhhhh….ssshhhhhh…”, desah Farida lanjut. Sesekali tubuhnya tersentak ketika Pak Kepsek menyodokkan batang kemaluannya kuat-kuat dari belakang. Tiba-tiba wajah Farida yang cantik berjilbab itu ditolehkan oleh pria itu agar bertatap muka. Dengan mata terpejam dan nafas mendengus siswi SMU berjilbab itu menerima jilatan pria itu di pipinya itu sambil menjebloskan batang kemaluannya dalam-dalam. Hati lelaki itu amat girang kala melihat sebuah pemandangan yang mengasyikkan menyaksikan wajah muridnya yang cantik dan berjilbab putih itu mengernyit antara sakit dan nikmat ketika lubang vaginanya disodok dengan kuat dan kasar. Ia pun lalu melumat bibir Farida yang merekah, mendesah-desah dengan penuh nafsu.
“Emmmmhh…cckkk..ckkkk…mmmmmhh…mmmmm…ckk”, berkali-kali lidah Pak Kepsek terjulur keluar masuk ke dalam mulut muridnya yang cantik dan berjilbab ini, mengajaknya untuk berperang lidah, tapi tidak digubris oleh siswi berjilbab itu.
“Hemmm, Keluarin lidah kamu..cepat..!! “, dengan tegas pria bejat itu memerintahkan Farida untuk menjulurkan lidahnya keluar. Dengan ragu siswi SMU berjilbab ini menjulurkan lidahnya keluar.
“Ihhhh…”, Farida buru-buru menarik lidahnya masuk ketika lidah Pak Kepsek terjulur membelai lidahnya.
“Aduuhh!! Gimana sihh, julurin nggak !!!”, hardik Pak Kepsek seraya meremas kuat-kuat payudara Farida tanpa ampun.
“Ammpunn, Pakkk, Ampunn..eeghh..“, pekik Icha kesakitan ketika tangan kasar lelaki itu meremas susunya kuat-kuat dari belakang. Dan dengan terpaksa ia menuruti keinginan Pak Kepsek, lidahnya terjulur keluar. Setelah lidah muridnya yang cantik berjilbab terjulur keluar barulah pak Dion melepaskan remasannya.
Dengan nafsu memuncak Pak Kepsek mencapluk dan mengenyot-ngenyot lidah Farida. Bagi pria itu rasanya manis seperti madu, sambil melakukan perang lidah Pak Kepsek kembali menarik dan menyodokkan batang kemaluannya dari belakang. Kali ini lebih lembut dan mesra. Kepala sekolah bejat itu tampak sangat meresapi jepitan lubang vagina Farida yang sedang menungging itu, mencekik batang kemaluannya yang besar dan panjang miliknya.
“Aduhhh, Pak Aduhhhh…hhsshhh…ssshhhhhh…ahhhh”, desah Farida makin kencang kala genjotan Pak Kepsek dari belakang pantatnya yang sedang menungging itu semakin cepat. Mmembuat tubuhnya berkali-kali menggelepar disertai desisan-desisan kecil berulang kali terdengar dari mulut siswi SMU berjilbab tersebut.
“Emmhhh…cplak…cplok…cupp..cupp”, desah Farida sembari tangan kanannya  dikalungkan pada leher Pak Kepsek. Kini siswi SMU berjilbab itu mulai membalas lumatan-lumatan bibir pria tersebut.
“Nah, gitu dong, beri respon yang positif, Bapak-kan cuma ingin mengajari kamu seperti gimana rasanya berhubungan intim, masak murid berjilbab nggak boleh tau enaknya ngentot..”, ucap pria bejat itu sambil melumat-lumat bibir Farida.
Farida tidak menjawab, ia sibuk membalas lumatan Pak Kepsek yang sedang menggenjotnya dari belakang. Tubuhnya kembali terguncang dengan hebat ketika lelaki itu menusuk-nusukkan batang kemaluannya sedalam dan sekuat mungkin. Bibir vagina siswi SMU berjilbab yang sedang menungging itu terdesak dan terlipat keluar mengikuti gerakan batang kemaluan Pak Kepsek yang berkali-kali menghantam lubang senggamanya, semakin lama semakin kuat dan kencang Pak Kepsek menghentakkan batang kemaluannya.
“Ooougghh….ssshhh Pakkkk…ngghhh….”, pekik Icha lepas. Kepalanya yang terbalut jilbab putih itu mendongak keatas dengan tubuh bergetar melengkung ke belakang, menahan kenikmatan yang berdenyut-denyut di lubang surgawinya.
Bersamaan dengan tercapainya puncak orgasme siswi SMU berjilbab itu, pria bejat yang sedari tadi menyetubuhinya dari belakang pun mencapai klimaksnya. Dan dengan satu sodokan dalam-dalam hingga menyentuh dasar kewanitaan Farida, “Oouuhh….Ndaa…sssyanngghh…aaakkhh!!! Crrottt…Crotttt…….”, erang nikmat mencapai puncak Pak Kepsek serta bunyi sperma yang mengucur didalam liang senggama sang siswi SMU berjilbab ini. Dibiarkannya sejenak batang kemaluannya terbenam didalamnya seraya menikmati kedutan-kedutan nikmat akibat kontraksi otot vagina dan ujung penisnya. Sperma pria tersebut nampak berlebih hingga menetes keluar dari liang senggama Icha hingga jatuh membasahi jok mobil.
Hujan yang lebat itu kini berubah menjadi hujan gerimis kecil dan Pak Kepsek pun duduk santai sambil memangku tubuh Farida yang membelakanginya. Berkali-kali tangan Pak Kepsek menggerayangi setiap sudut tubuh muridnya yang cantik berjilbab itu. Hidungnya sengaja dibenamkan pada leher yang tertutup jilbab putih itu seraya mengendus-ngendus harum tubuh Farida. Pria itu tersenyum lebar sambil menatap wajah cantik Farida yang masih mengenakan jilbab putihnya sedang melamun dan terkulai lemas dibahunya. Kedua kaki siswi berjilbab yang sedang dipangku itu tertekuk mengangkang dengan sebatang penis yang masih tertancap di lubang vaginanya. Sesaat kemudian Pak Kepsek mengecup pipi Farida seraya berkata, “Sudah, sekarang kamu masuk kembali ke kelas. Belajar yang baik dan benar, kalau ditanya bilang saja kamu habis menghadap saya… He he he”.